7 Metode Pembelajaran Buah Karya Agus Wahidin, S.Pd. M.Si

7 Metode Pembelajaran Buah Karya Agus Wahidin, S.Pd. M.Si

Sumedang, LINews – Dunia Pendidikan dihadapkan dengan masalah PPKM, dan pembelajaran Daring atau online, Sejak awal Maret 2020, Indonesia bahkan dunia melawan pandemi Covid-19 yang berakibat pada kondisi yang mengkhawatirkan, termasuk dunia pendidikan.

Ya, karena wabah Covid-19, Pemerintah Pusat dipaksa harus mengeluarkan kebijakan ekstrim, salah satunya meliburkan kegiatan belajar mengajar (KBM) secara tatap muka. Hal ini dilakukan sebagai upaya pencegahan penularan virus corona atau covid 19.

Namun, akibatnya tentu berdampak besar pada perkembangan pendidikan anak. Pasalnya, mereka dituntut belajar mandiri atau belajar secara daring (dalam jaringan), yang tentu saja harus menggunakan perkakas baru, yakni berupa smartphone dan jaringan internet.

Ternyata metode pembelajaran daring tak berjalan optimal. Di lapangan begitu banyak kasus, dimana siswa mengalami kesulitan belajar. Pemicunya beragam. Sebut saja, tak semua siswa memiliki smartphone, dan tak semua siswa mengetahui banyak tentang penggunaan teknologi. Andaipun keduanya terpenuhi, jaringan internet kadang tak memadai.

Selain itu, kurangnya interaksi fisik antara guru dan siswa, mengakibatkan para peserta didik hanya diberikan tugas melalui whatsApp, Hasilnya lebih memprihatinkan. Kebanyakan siswa kesulitan dalam mengerjakan tugas, lantaran tidak ada penjelasan-penjelasan awal dari guru tentang tugas yang dibebankan tersebut. Peserta didik hanya dituntut untuk mengerjakan tanpa mendapatkan penjelasan terlebih dahulu, sehingga tak sedikit siswa yang mengeluh dan tidak bersemangat lagi dalam mengerjakan tugas.

Kebebasan murid seakan dikebiri karena kurangnya interaksi langsung antara guru dan siswa, otomatis berkurang pula internalisasi nilai-nilai karakter yang semestinya harus ditanamkan seorang guru ke dalam diri siswa, sehingga dikhawatirkan adanya degradasi moral pada anak atau siswa. Pasalnya, tugas seorang guru bukan hanya mengajar, mentrasferkan ilmu pengetahuan (pelajaran) saja, tetapi dituntut untuk mendidik (pembentukan akhlak dan karakter) siswa.

Intinya, dengan segala keterbatasan akibat Pandemi Covid-19 menyebabkan pendidikan kita kian tertinggal. Untuk itu dibutuhkan terobosan baru dan perubahan ekstreem guna melunasi hutang pendidikan yang tertinggal dan mampu memenuhi tantangan dalam proses belajar mengajar.

Rupanya, segala kendala dan tantangan tersebut di atas sangat difahami betul oleh Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Kabupaten Sumedang, H. Agus Wahidin, S.Pd., M.Si. Ia pun segera mencari solusi tepat dengan cara menulis buku yang diberi judul “Strategi Komplementer 7 Metode Pembelajaran Holistik Integratif”.

Perlu diketahui, ide dan gagasan yang tertuang dalam buku tersebut di atas selaras dengan kurikulum Merdeka Belajar yang dirilis Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek).

Harapan Agus, buku yang ditulisnya itu bisa dijadikan sebuah acuan bagi semua guru di Indonesia agar mampu menciptakan iklim belajar yang tidak memukul rata semua siswa. Lantaran, sesuai dengan judulnya, Komplementer mengandung arti saling mengisi. Yaitu, pendidikan yang mengintegrasikan segala aspek dan nilai-nilai dalam pendidikan. Misal, nilai moral, etis, religius, psikologis, filosofis, dan sosial dalam kesatuan yang dilakukan secara menyeluruh antara jiwa dan badan, serta aspek material dan aspek spiritual untuk memenuhi kebutuhan esensial anak.

Sementara, Holistik integratif berarti pemenuhan esensi belajar secara menyeluruh, dengan cara melibatkan semua sumber daya dan berbagai pihak yang ada pada situasi belajar-mengajar.

Maka, sengaja dalam buku yang saya tulis ini melibatkan 7 metode pembelajaran. Yakni, modul, digital, tematik praktik, home visit, guru lingkungan dan parenting. Semua metode ini tentu saja dikemas sedemikian rupa agar siswa mendapatkan pengalaman berharga, serta menerima pelajaran pun akan terasa sangat mudah dan menyenangkan, jelas Agus.

Tak melulu soal pendidikan siswa, buku hasil karyanya itu juga dimaksudkan untuk mengangkat marwah guru setinggi-tingginya. Insya Allah, bila buku ini diterapkan dengan benar, akan mampu memimpin pemulihan setelah krisis dua tahun akibat pandemi. Guru akan lebih otonom, guru sebagai profesi dan diharapkan mereka (para guru.Red) betul-betul bangga akan profesinya, beber agus.

Lebih jauh, Agus berharap dan mengajak para guru, khususnya yang berada di Lingkungan Disdik Sumedang untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan masing-masing, dan mengerahkan semua potensi yang ada guna menjadi guru yang adaptif, inspiratif, dan inovatif. Semua ini agar mampu berkontribusi dalam memperkuat kurikulum Merdeka Belajar.

Dibantu 12 writer

Terbitnya buku Strategi Komplementer 7 Metode Pembelajaran Holistik Itegratif bukan perkara mudah, menurut agus dibutuhkan kerja keras dan ide-ide cemerlang agar tepat dipraktikan dalam situasi darurat Covid-19 dan setelahnya.

Setelah berpikir keras, maka munculah gagasan untuk membuat buku Strategi Komplementer Metode Pembelajaran di Masa Darurat Covid-19, kata Agus.

Namun demikian, Agus tak langsung menumpahkan segala idenya itu dalam sebuah buku. Lebih dulu, ia coba menggali lebih dalam dari beragam sumber, diskusi dengan para praktisi, serta konsultasi dengan para ahli, agar apa yang menjadi ide dan gagasannya ini lebih sistematis.

Setelah segalanya berjalan lancar dan dirasa cukup, Agus kemudian mengundang para guru yang biasa menulis. Dari sana, terpilihlah 12 guru untuk diajak berpikir bersama. Ke-12 guru ini kemudian disebut writer, dengan Agus sendiri sebagai authornya. Kepada 12 guru tersebut, saya sampaikan gagasan-gagasan secara runut, untuk kemudian dikaji, ditulis, dikoreksi bersama, saling mengisi dan melengkapi sehingga jadilah sebuah buku, ujarnya.

Karya Orisinil yang relevan diterapkan untuk bangkit setelah pandemi

Terbitnya buku Strategi Komplementer 7 Metode Pembelajaran Holitik Integratif tentu bukan saja menjadi kebanggan Agus selaku pencetus gagasan. Namun, menjadi kebanggan Sumedang dan dunia pendidikan pada umumnya.

Betapa tidak, buku ini adalah terbitan perdana yang berhasil ditulisi oleh seorang kepala dinas pendidikan. Yang Sebelumnya menurut pantauan kami belum ada Kadisdik se-Indonesia yang menulis buku semacam ini.

Sebagai bukti bahwa buku ini sebagai karya orisinalitas H. Agus Wahidin, S.Pd., M.Si, bisa dibuktikan dengan cara mengunjungi mesin pencarian google. Di sana kita tinggal ketik kata kunci Strategi Komplementer 7 Pembelajaran, maka yang keluar pada urutan pertama dan seterusnya hanya ada nama Kadisdik Sumedang, H. Agus Wahidin, S.Pd., M.Si. Pun, bila kata kunci tadi dimasukan dalam mesin pencarian Youtube. Hasilnya sama saja, tidak ada karya orang lain yang serupa.

Dan tentu saja, bukti lain paling menguatkan bahwa karya tulis Agus ini benar-benar orisinal, yaitu mendapat pengakuan resmi dan surat pencatatan ciptaan dari Kementerian Hukum dan HAM RI.

Mendapat Apresiasi Kaum Cendikiawan

Buku Strategi Komplementer 7 Metode Pembelajaran Holistik Integratif yang terlahir dengan menggunakan teknik menulis kolaboratif ini langsung dibanjiri pujian. Tak hanya datang dari unsur Muspida Kabupaten Sumedang, melainkan datang juga dari Kemendikbud Ristek, dan kaum cendikiawan. Sebut saja, Rektor Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Prof. Dr. M. Solehuddin, M.Pd., MA, dan Ketua Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) Jawa Barat, Prof. Dr. H. Moch. Najib. ,M.Ag.

(Red/Ade)