Oligarki Sudah Atur Pemenang Pemilu 2024

Oligarki Sudah Atur Pemenang Pemilu 2024

Law-Investigasi – Untuk melahirkan seorang pemimpin dan wakil rakyat yang terbaik tampaknya masih jadi angan-angan pada Pemilihan Umum 2024 mendatang. Sepanjang sistem Pemilihan Umum yang ada saat ini tidak mengalami perubahan.

Jangan Mimpi Pemilu 2024 akan hasilkan Pemimpin Terbaik kalau tidak ada Perubahan pada Sistem. Pemilihan Umum 2024, termasuk Pemilihan Presiden, jauh dari yang diharapkan.

Menurut tokoh nasional Dr Rizal Ramli, Pilpres 2024 sudah diatur semua. Siapa yang jadi jagoan, pun siapa wakilnya. Untuk dana sudah disiapkan oleh taipan-taipan alias oligarki.

“Lalu didukung oleh perusahaan-perusahaan survey yang kalau kita menyebutnya perusahaan `sure-pay`. Asal kita bayar pasti ratingnya naik yang keluar ya kan, media berbayar, dan sebagainya,” kata RR, sapaan akrabnya, dalam video di kanal YouTube AhlanQTV yang dikutip Redaksi LINews, Selasa (9/5).

Ini semua, lanjut RR, akan memompa calon yang digadang-gadang dan uangnya dan ratingnya juga sudah disiapkan, seperti tahun 2019.

“Jadi jangan bermimpi membawa Pilpres 2024 itu akan menghasilkan pemimpin terbaik. Tetapi yang penting itu kita ubah sistemnya,” tegas mantan Menko Perekonomian ini.

Nah, bagaimana mengubah sistemnya? RR pun tegas menyorot sistem yang berlaku di DPR RI saat ini. Di mana anggota DPR sudah dibuat untuk tidak kritis, kalau tidak bisa disebut telah dibungkam.

Padahal, di era Presiden BJ Habibie dan Presiden Abdurrahman Wahid, DPR dikenal kritis. DPR saat itu, menurut RR, lebih berani dan kritis dibanding saat ini.

“Hari ini (DPR) kan sudah jadi Taman Kanak-kanak semua. Karena ketua partainya yang 9 orang dikooptasi sama Pak Jokowi, nah yang anggota DPR yang 575 ya kayak Taman Kanak-kanak saja, karena bosnya sudah diurus. Dikasih proyek, dikasih kredit, anggota DPR-nya itu ya manut saja. Makanya isu apapun yang menyangkut rakyat, anggota DPR ini nyaris tidak berbuat apa-apa,” paparnya.

Rizal Ramli Menganalisa

Analisa Rizal Ramli kenapa anggota DPR di zaman Presiden Gus Dur dikenal lebih berani dan kritis mewakili suara rakyat. Penyebabnya adalah karena mereka tidak bisa dipecat oleh ketua umum parpol. Berbanding terbalik dengan kondisi saat ini, di mana ketua umum parpol bisa memecat kadernya yang jadi anggota DPR setiap saat dengan berbagai alasan.

“Jadi nanti setelah Jokowi enggak jadi presiden lagi lagi, kita ubah lagi ini. Ketua umum partai tidak boleh memecat anggota DPR dari partainya, kecuali yang bersangkutan kena kasus kriminal. Jadi lembaga DPR ini kita hidupkan kembali setelah Jokowi selesai,” demikian Rizal Ramli.

(R. Simangunsong)

Tinggalkan Balasan