Debit Air Waduk Jatiluhur Menyusut Imbas Kemarau

Debit Air Waduk Jatiluhur Menyusut Imbas Kemarau

Purwakarta, LINews – Kemarau berkepanjangan membuat debit air di Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta terus mengalami penyusutan. Saat itu debit air berada di 96 mdpl sedangkan situasi normal berada di 107 mdpl.

Anton Mardiyono selaku Direktur Operasi dan Pemeliharaan Perum Jasa Tirta II mengatakan, selama musim Waduk Jatiluhur mengalami penyusutan debit air hingga 10 meter atau tepatnya sejak 3 bulan lalu.

“Jadi batas normal maksimal itu di 107 mdpl, sedangkan saat ini, batas titik air di ketinggian 96 mdpl, menyusut sekitar 10 meter. Ketinggian itu berada di dua meter di atas batas krisis yang tahun ini kami tentukan di 94,44 mdpl,” ujar Anton saat ditemuiĀ di Kantor PJT II, Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Selasa (05/09/2023).

Anton menjelaskan angka ini masih relatif terkendali sesuai hitungan yang sudah tentukan. Namun jika sampai November atau Desember 2023 situasi tak berubah, bakal ada beberapa langkah yang harus diambil.

“Kebutuhan 1,8 miliar air yang tersedia masih 2,8 miliar, ada surplus air sampai dengan Desember 1,1 miliar dengan catatan di bulan November-Desember sudah mulai ada hujan. Apabila di November-Desember tidak ada hujan atau masih rendah kita sudah merencanakan TMC, teknologi modifikasi cuaca yang akan kita laksanakan di bulan November atau akhir Oktober,” katanya.

Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) itu akan menelan biaya sebesar Rp 13,4 miliar dan akan berlangsung selama satu bulan. Hujan buatan akan terjadi di wilayah hilir seperti Bandung, sebagian Cianjur dan sebagian Purwakarta.

“Dengan TMC dan awan yang bagus kita masih bisa berharap ada potensi air tambahan 400-500 juta meter kubik, artinya bisa me-recovery kebutuhan air untuk ke tiga fungsi tadi dalam satu bulan, kebutuhan air dalam satu bulan,” beber Anton.

Meski demikian, penyusutan air pada Waduk Jatiluhur tidak mengganggu pengaliran air ke saluran irigasi. Seperti yang diketahui, wilayah kerja Perum Jasa Tirta II itu meliputi wilayah Bekasi, Karawang, Subang, Purwakarta, dan sebagian Indramayu.

“Hingga saat ini areal sawah di wilayah itu masih bisa terairi dengan metoda gilir giring air,” pungkasnya.

(Zaki)

Tinggalkan Balasan