Jakarta, LINews — Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan merilis daftar 5 negara yang selama ini membanjiri Indonesia dengan produk impor.
Dari lima negara itu produk China menjadi yang terbanyak membanjiri Indonesia.
Direktur Teknis Kepabeanan DJBC Kemenkeu Fadjar Donny Tjahjadi menyebut data ini dihimpun sejak 2021. Pria yang akrab disapa Donny ini mengatakan daftar ini disusun berdasarkan besaran nilai devisa impor.
“Dari kegiatan importasi melalui barang kiriman ini, kami mencatat lima besar atau top five negara asal barang. Didominasi tetap dari China, lalu Hong Kong, Singapura, Jepang, dan Amerika Serikat,” rinci Donny dalam media briefing di Kemenkeu, Jakarta Pusat, Kamis (12/10).
Dalam bahan paparan Donny, terlihat impor e-commerce dari China selalu di atas 20 persen. Rinciannya, pada 2021 sebesar 24,9 persen dengan nilai devisa hasil impor US$186,9 juta, 2022 senilai US$151,2 juta atau setara 21,4 persen, dan tahun ini US$61,9 juta alias 24,3 persen.
Sementara itu, 4 negara lain porsinya selalu di bawah 20 persen dalam 3 tahun terakhir ini.
“Ini setidaknya kecenderungannya tetap 5 negara itu di 2021, 2022, dan 2023. Memang peringkat yang paling tinggi berdasarkan nilai devisa impor itu impor dilakukan melalui China,” sambungnya.
Untuk membendung banjir barang impor murah ini, Kemenkeu merilis Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96 Tahun 2023 tentang Ketentuan Kepabeanan, Cukai, dan Pajak atas Impor dan Ekspor Barang Kiriman.
Aturan yang diundangkan pada 18 September 2023 itu mengatur secara khusus importasi oleh penyelenggara perdagangan melalui sistem elektronik (PPMSE) alias e-commerce.
Donny menyebut beleid yang akan resmi berlaku pada 17 Oktober 2023 nanti mewajibkan e-commerce bermitra dengan Bea Cukai terkait data importasi. Kemitraan dikecualikan jika jumlah barang luar negeri yang masuk ke Indonesia tidak lebih dari 1.000 kiriman dalam satu tahun kalender.
“Beberapa PPMSE sudah melakukan kemitraan dengan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, antara lain Lazada. Kemudian sedang dalam proses Shopee dan juga PPMSE lain,” tuturnya.
“Sejauh yang kami lihat berdasarkan data, Tokopedia tidak atau belum pernah melakukan kegiatan importasi. Sepertinya dia marketplace untuk lokal, mungkin begitu,” tandas Donny.
(Bayu)