Pro Kontra Langkah Prabowo Rangkul Partai Eks Pendukung Anies

Pro Kontra Langkah Prabowo Rangkul Partai Eks Pendukung Anies

Jakarta, LINews — Langkah presiden terpilih Prabowo Subianto merangkul partai-partai mantan pendukung Anies Baswedan menuai pro dan kontra dari barisan Koalisi Indonesia Maju.

Sejauh ini, Prabowo telah memastikan Partai NasDem masuk ke barisannya. Dua partai lain, PKB dan PKS, masih dalam tahap pendekatan.

NasDem

Prabowo telah melobi NasDem sejak sebelum penetapan hasil Pilpres 2024. Dia mendatangi Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh pada 22 Maret 2024.

Langkah itu membuat gusar Partai Demokrat yang pernah berkonflik dengan NasDem saat masih mendukung Anies. Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sempat menyindir langkah NasDem putar balik sebelum pilpres usai.

“Sekali lagi kita bayangkan, coba kita masih di tempat yang lama, hancur lebur. Betul? Kita tahu, belum selesai, semua sudah kesana kemari,” ucap AHY pada acara buka bersama Partai Demokrat di Jakarta, Sabtu (23/3).

Komunikasi NasDem dengan Prabowo berlanjut meski ada penolakan dari Demokrat. Lawatan Prabowo dibalas Surya Paloh pada 25 April 2024.

Surya datang bersama sejumlah elite NasDem ke rumah Prabowo di Jakarta Selatan. Dia menyatakan kesediaan bergabung dengan pemerintahan Prabowo.

“Berangkat dari sinilah saya katakan NasDem hari ini menyatakan, kembali menegaskan, mendukung pemerintahan baru di bawah kepemimpinan Bapak Prabowo Subianto dan Mas Gibran,” kata Surya usai pertemuan itu.

PKS

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sempat dikabarkan akan merapat ke koalisi Prabowo. Mereka juga telah menyatakan undangan kepada Prabowo untuk hadir ke kantor mereka.

Sinyal PKS itu langsung ditolak oleh Partai Gelora. Seperti diketahui, Gelora adalah partai yang didirikan mantan kader PKS.

Gelora menolak PKS dengan alasan sering mengadu domba. Mereka juga mengungkit cap pengkhianat yang dilekatkan massa pendukung PKS terhadap Prabowo pada 2019.

“PKS selama ini kerap memunculkan narasi yang mengadu domba dan membelah masyarakat,” kata Sekretaris Jenderal Partai Gelora Mahfuz Sidik melalui keterangan tertulis, Minggu (28/4).

“Ketika pada 2019 Prabowo Subianto memutuskan rekonsiliasi dengan Jokowi, banyak cap sebagai pengkhianat kepada Prabowo Subianto. Umumnya datang dari basis pendukung PKS,” imbuhnya.

Gerindra, partai utama pendukung Prabowo, merespons penolakan itu dengan menenangkan Gelora. Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Habiburokhman menyanjung kiprah Gelora dalam memenangkan Prabowo di Pilpres 2024.

Habiburokhman tak memastikan apakah PKS akan merapat ke Prabowo. Akan tetapi, ia berkata semua bisa dibicarakan baik-baik.

“Kami yakin kalau kita bicara kepentingan bangsa dan negara, maka akan ada titik temu,” ucap Habiburokhman melalui pesan singkat, Senin (29/4).

PKB

Prabowo juga telah menyambangi PKB. Dia menemui Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar di Jakarta, Rabu (24/4).

Cak Imin mengaku menitipkan delapan agenda perubahan ke Prabowo. Menurutnya, Indonesia tetap harus melakukan perubahan di masa pemerintahan Prabowo.

Saat ditanya apakah akan bergabung ke Koalisi Indonesia Maju, Cak Imin menjawab dengan guyonan.

“Saya rasa sudah tidak perlu dijawab, sudah cetho (jelas mendukung Prabowo-Gibran),” ungkap Muhaimin dalam pers di Kantor DPP PKB, Jakarta (25/4).

PKB berada di Koalisi Perubahan pada Pilpres 2024. Mereka mengusung Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar dalam gelaran tersebut.

Demokrat yang pernah kecewa dengan Koalisi Perubahan enggan menanggapi sinyal bergabungnya PKB dan NasDem ke pemerintahan Prabowo.

“Nanti saja ya. Nanti ya,” kata Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) saat ditanya soal hal tersebut di Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (28/4).

(Donny)

Tinggalkan Balasan