Seba Baduy Semangat Kebersamaan

Seba Baduy Semangat Kebersamaan

Lebak, LINews – Seba Baduy, sebuah ritual yang telah berumur ratusan tahun, kembali diadakan di Alun-alun Rangkasbitung, Lebak, Banten pada 17-19 Mei 2024. Ritual ini adalah manifestasi dari rasa syukur dan hubungan baik antara masyarakat Suku Baduy. Dalam bahasa mereka, “seba” berarti persembahan. Dalam konteks upacara Seba, masyarakat Baduy atau Urang Kanekes memberikan hasil panen mereka sebagai persembahan kepada pemerintah.

Menurut sejarahnya, Seba telah menjadi bagian dari masyarakat Baduy selama periode waktu yang panjang. Dikatakan bahwa upacara Seba ini telah ada sejak ratusan tahun lalu, tepatnya pada masa keemasan Kesultanan Banten. Tradisi Seba ini juga merupakan simbol dari loyalitas dan ketaatan Suku Baduy kepada pemerintah.

Seba Baduy biasanya dilaksanakan setelah musim panen ladang huma. Ritual ini menjadi bentuk ungkapan syukur masyarakat Baduy Luar dan Baduy Dalam atas hasil panen yang berlimpah. Selain itu, Seba juga menjadi kesempatan penting bagi masyarakat Baduy untuk menjalin hubungan baik dengan pemerintah daerah yang melindungi mereka dalam mengelola usaha pertanian dan keamanan.

Dalam pelaksanaannya, upacara Seba dihadiri oleh ribuan masyarakat Baduy Luar dan Baduy Dalam. Masyarakat Baduy Dalam yang mengenakan pakaian serba putih datang dengan berjalan kaki, sedangkan rombongan masyarakat Baduy Luar ada beberapa yang datang dengan menggunakan truk.

Selama pelaksanaan Seba, penduduk Baduy akan bergerak secara massal dengan berjalan kaki dari Desa Kanekes yang terletak di Kecamatan Leuwidamar menuju kota. Mereka akan mengunjungi Pendopo Bupati Lebak di Rangkasbitung dan Pendopo Gubernur di Serang. Seba Baduy bukan hanya tentang persembahan hasil bumi, tetapi juga tentang melaporkan berbagai kejadian yang telah berlangsung selama satu tahun terakhir di Suku Baduy kepada “Ibu gede” dan “Bapak gede” atau pemerintah.

“Tahun ini Seba Baduy sangatlah meriah dan sangat ramai diikuti oleh masyarakat Baduy Luar maupun Baduy Dalam. Saya sebagai warga asli Rangkasbitung turut bangga akan budaya dan adat istiadat yang masih dilestarikan dan diperhatikan sampai saat ini,” ucap Rizky Yanuar, seorang pemuda dari Cibadak (18/5).

Semangat Kebersamaan

Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Lebak memprediksi sekitar 40 ribu orang berkunjung ke Rangkasbitung dalam sepekan itu. Mereka ikut meramaikan tradisi Seba Baduy. Acara tersebut mencakup pameran produk UMKM, area perkemahan, tur berjalan, pertunjukan seni, diskusi budaya, dan permainan tradisional. Semua kegiatan ini berpusat di sekitar Alun-alun Rangkasbitung dan Pendopo Bupati Lebak. Sementara itu, upacara adat Seba Baduy atau ritualnya diadakan pada 17 Mei.

Seba Baduy 2024 telah tercatat sebagai perayaan dengan kehadiran masyarakat Baduy terbesar sejak tahun 2018. Ribuan anggota komunitas Baduy, dari Baduy Dalam dan Baduy Luar mengambil bagian dalam upacara ini, menunjukkan semangat kebersamaan dan komitmen mereka terhadap warisan budaya mereka. Ini adalah bukti yang kuat tentang kekuatan dan daya tahan budaya Baduy di tengah perubahan zaman.

Yang menarik, tidak semua anggota masyarakat Baduy dapat berpartisipasi dalam aksi turun gunung ini. Sebelum memulai perjalanan ke kota, para sesepuh adat akan melakukan seleksi terhadap warga Baduy yang akan ikut serta dalam pelaksanaan upacara Seba. Seleksi ini bertujuan untuk memilih warga yang secara fisik sehat, mengingat mereka akan berjalan kaki sejauh 80 kilometer.

Pada dasarnya, Seba memiliki tujuan untuk menyampaikan harapan keselamatan dan ekspresi rasa syukur. Selain itu, upacara Seba secara khusus membawa mandat dari pu’un atau pemimpin adat untuk memberikan laporan, menyampaikan harapan, dan menyerahkan hasil panen kepada para pemimpin seperti Bupati dan Gubernur.

Bagi masyarakat asli Lebak, interaksi dengan warga suku Baduy merupakan hal yang lumrah bagi mereka, dan tak jarang warga Baduy juga dipekerjakan oleh warga lokal lainnya karena ketelitian dan ketekunan mereka terhadap etika bekerja dan disiplin yang baik.

“Saya pernah dulu berinteraksi dengan warga dari suku Baduy, mereka orangnya baik dan sopan dalam tata krama. Mereka juga bisa diandalkan dalam melakukan berbagai tugas baik itu pekerjaan ringan maupun berat, dan yang saya senangi dari mereka adalah ketekunan dan keteguhannya terhadap keyakinan mereka hingga loyalitas terhadap pu’un atau kepala suku,” ucap Kenny Rivaldi seorang pemuda yang berasal dari Warunggunung (18/5).

Banyak Hal Menarik

Selain menyambut warga suku Baduy yang telah datang dan berjalan kaki dengan sangat jauh, pemerintah daerah Kabupaten Lebak juga menyuguhkan banyak hal menarik bagi para pengunjung yang datang untuk menikmati tradisi ini. Seperti mengadakan kontes foto yang sponsori oleh Horison Rahaya Resort Banten dengan hadiah yang menarik dan menguntungkan bagi para peserta. Selain itu, pagelaran wayang golek juga diadakan untuk memeriahkan perayaan Seba Baduy pada Jumat (17/5).

“Terakhir aku wisata ke suku Baduy itu tahun 2019 jadi udah lumayan lama tapi aku tetep update perihal Baduy karena emang udah familier di sekitar aku. Mereka orangnya baik dan cenderung tertutup namun sekarang udah mulai mengakses internet juga terutama Baduy Luar, tapi kalau Baduy Dalam mereka masih menjunjung tinggi adat dan budaya yang berlaku. Ada konser juga yang diadakan oleh pemerintah buat menghibur para pengunjung, ada fashion show juga jadi seru banget buat masyarakat sekitar yang dateng,” ucap Ranti Ningtias Laksana seorang mahasiswa asli Lebak (19/5).

Masyarakat Baduy, dengan semangat yang tak pernah redup dan dedikasi yang tak tergoyahkan terhadap tradisi dan budaya mereka, telah menunjukkan bahwa kearifan lokal dan warisan budaya dapat bertahan dan tetap relevan di tengah perubahan zaman. Mereka membuktikan bahwa nilai-nilai luhur dan warisan budaya dapat beradaptasi dengan perkembangan zaman, tanpa kehilangan esensi dan makna aslinya.

Upacara Seba Baduy bukan hanya menjadi simbol rasa syukur atas hasil panen yang telah diberikan oleh alam, tetapi juga menjadi sarana komunikasi antara masyarakat Baduy dengan dunia luar. Upacara ini menjadi jembatan yang menghubungkan dua dunia yang berbeda, memfasilitasi pertukaran pengetahuan dan pengalaman, serta memperkuat hubungan antara masyarakat Baduy dengan masyarakat di luar sana.

(Yd)

Tinggalkan Balasan