YPF Rangkul Masyarakat Nagakeo

YPF Rangkul Masyarakat Nagakeo

Nagakeo, LINews – Pemilik Yayasan Peduli Foundation, Agustinus Sarifin S.Fil.,MH, bersama Tim Teknis YPF, hadir di tengah ratusan masyarakat Kecamatan Aesesa, Wolowae, Aesesa Selatan, Boawae, Nangaroro, Mauponggo, dan Keo Tengah dari Kabupaten Nagekeo. hadir juga Polisi Gerard,Cs., dari Kecamatan Maukaro di Kabupaten Ende, bersama peserta dari SMKN Aesesa Selatan dan SMKN I Aesesa, selaku tuan rumah dalam kegiatan ini.

Menurut Kepala SMKN I Aesesa, Theresia Uta,SP., dalam kegiatan sosialisasi ini yang bertempat di aula SMKN I Aesesa Kabupaten Nagekeo, kepada LINews, Kamis (2/6).

“program yang diprakarsai dan dicanangkan YPF tentang pengembangbiakan 10.000 babi dan maksimalisasi pemanfaatan lahan tidur untuk Flores, merupakan program yang lahir dari hasil jerih payah dan perjuangan putera Flores dan menyentuh langsung kebutuhan masyarakat Flores, serta penyerapan tenaga kerja, seperti dokter hewan dan sarjana perternakan yang masih menganggur” Jelas Uta.

Selain itu, Ketua Kompetensi Keahlian Peternakan SMKN I Aesesa, Sofia Wea, S.Pt., menambahkan manfaat lain dari program ini, adalah masyarakat peternak babi dibimbing dan dilatih untuk memelihara babi secara profesional, serta tidak lagi mengacu pada pola pemeliharaan tradisional ala Flores.

Menurut Ketua Yayasan Sao Mere, Kasianus Sebho, kepada LINews, Kamis(2/6).

Melihat sesungguhnya ada beberapa hal yang menjadi kekuatan sekaligus peluang dahsyat dalam bertenak babi, yaitu, ternak babi adalah komoditas yang sangat potensial ternak babi adalah usaha tradisional masyarakat Flores sehingga animo beternak babi sangat tinggi apalagi ternak babi adalah ternak utama dalam upacara-upacara adat ternak babi adalah ternak paling subur karena bisa beranak 2- 3x setahun dengan jumlah anak sekitar 10 – 14 ekor sekali melahirkan ternak babi adalah ternak monogestrik yaitu mampu mengolah makanannya dari limbah pertanian, limbah peternakan, dan sisa-sisa makanan menjadi pakan kebutuhan daging babi yang kian hari terus meningkat permintaan ternak babi dari luar Flores, seperti Sumba, kian meningkat dan harga ternak babi di pasar terus meningkat.

Tetapi, ada juga beberapa kelemahan yang selama ini terjadi pada peternak babi yakni beternak babi hanya sebagai usaha sampingan yang dilakukan secara tradisional dengan pola alam yang memelihara, dan dibiarkan hidup bebas tanpa kandang, dengan sanitasi lingkungan yang buruk, sehingga gampang diserang penyakit.

“bahkan pakan untuk ternak babi juga diolah secara tradisional tanpa memperhatikan gizinya”, papar Sebho di halaman SMKN I Aesesa. (Titus)