Jenewa, LINews – Bank Dunia (World Bank) melihat pertumbuhan dunia tahun ini yang lambat. Meski terbilang stabil di 2025 dan 2026, tetapi pertumbuhan akan berada pada titik terendah dalam sejarah.
Kekhawatiran khususnya terjadi ke negara-negara berkembang. Meski pertumbuhan diperkirakan akan tetap stabil pada 4% selama dua tahun ke depan, level ini tak akan cukup mendorong kemajuan untuk mengurangi kemiskinan dan mencapai tujuan pembangunan yang lebih luas.
“Sebagian besar kekuatan yang pernah membantu kebangkitan mereka telah menghilang,” kata kepala ekonom Bank Dunia Indermit Gill dalam sebuah pernyataan, mengacu pada ekonomi negara-negara berkembang di dunia, Jumat (17/1/2025).
“Sebagai gantinya, muncul hambatan yang menakutkan: beban utang yang tinggi, pertumbuhan investasi dan produktivitas yang lemah, dan meningkatnya biaya perubahan iklim,” tambahnya.
“Pertumbuhan negara-negara berkembang sejak 2014 telah mencatat angka 0,5 poin persentase lebih rendah, secara rata-rata, dibandingkan dengan negara-negara maju,” menurut laporan bank tersebut mengecualikan China dan India.
Bank Dunia mengatakan sebagai tanggapan negara-negara berkembang perlu mengembangkan “buku pendoman” baru untuk mendorong reformasi domestik. Buku pedoman ini harus mendorong investasi sektor swasta yang lebih besar, memperdalam hubungan perdagangan, dan mempromosikan “penggunaan modal, bakat, dan energi yang lebih efisien”.
Secara rinci, Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan akan melambat di Asia Timur dan Pasifik, serta di Eropa dan Asia Tengah, karena kombinasi permintaan domestik yang lemah di China dan Eropa. Di sisi lain, Afrika sub-Sahara, Amerika Latin, Timur Tengah, dan Afrika Utara akan diuntungkan oleh permintaan yang lebih kuat, yang mengarah pada pertumbuhan yang lebih kuat.
Namun sayangnya tak dimasukkan pertimbangan perang dagang AS di sini. Perlu diketahui, Presiden terpilih Donald Trump akan menerapkan kebijakan tarif ke semua negara sebesar 10%, dengan porsi lebih besar ke China, Meksiko dan Kanada, yang dikhawatirkan juga menggerus pertumbuhan ekonomi dunia.
(Vhe)