Law-Investigasi, Tindak tegas WNA dan kroni-kroni londo ireng perusak Bali. Pernyataan tegas ini terpampang jelas di laman instagram milik Ni Luh Putu Ary Pertami Djelantik, Senator DPD RI asal Bali. Bukan sekedar mengkampanyekan slogan, dia aktif turun ke lapangan mengadvokasi isyu-isyu yang berkaitan dengan praktik curang oleh WNA di Bali. Kini, dia juga aktif mengkampanyekan Bali untuk menjadi daerah istimewa.
Dalam postingan di akun instagram: /@niluhdjelantik di hari Senin (9/6/2025), dia mengatakan Imigrasi, kepolisian, dirjen pajak sudah saatnya sidak agen visa, notaris dan bank yang diduga turut andil “memuluskan jalan” WNA bisa punya izin tinggal dan punya usaha di Bali. “Coba cek aliran rekening apakah benar sesuai syarat pendirian PMA? Kalau punya integritas dan harga diri, seharusnya agen visa, notaris dan bank bisa berikan edukasi ke WNA. Kalian hidup di Bali, hari ini kalian bisa lolos dari hukuman dunia tapi tunggu saatnya, satu persatu akan dipermalukan oleh-Nya,” tulisnya.
Salah satu isu paling mencolok yang diperjuangkan Ni Luh adalah fenomena “WNA nakal” yang menjalankan usaha ilegal di Bali. Banyak warga asing yang membuka bisnis tanpa izin, menghindari pajak, bahkan menjual jasa atau produk yang secara langsung bersaing tidak sehat dengan UMKM lokal.
“Bayangkan, ada bule jual kelapa muda, jual nasi bungkus, bahkan bikin studio yoga dan kos-kosan tanpa izin jelas. Ini bukan soal rasisme, ini soal keadilan,” ujar Ni Luh dalam unggahan Instagramnya.
Tak hanya bersuara, dia juga turun ke lapangan. Ni Luh secara proaktif menggandeng Kantor Imigrasi dan meminta penegak hukum mengawasi warga asing mulai di lingkungan desa adat dan dinas.
“Kami sudah menggandeng pihak Imigrasi untuk penataan ulang penindakan dengan tegas. Penindakannya tegas dari lingkup (wilayah) paling kecil,” kata Niluh seusai dengar pendapat bersama paguyuban driver pariwisata se-Bali di Denpasar, Jumat (10/1/2025) lalu.
Dia meminta semua bendesa adat dan dinas agar mendata semua warga asing yang tinggal di wilayahnya. Semua data yang terkumpul dapat diteruskan ke lurah, gubernur, hingga petugas Imigrasi untuk memudahkan pengawasan. Senator Bali ini mengingatkan agar bendesa punya surat tugas untuk itu. Ini agar upaya pendataan warga asing yang dilakukan menjadi legal.
Sadar memiliki kekuatan yang relevan di media sosial, dia pun mengaktifasikan kanal media sosialnya untuk melakukan aksi membela kepentingan Bali dan warganya. Lewat kanal “Lapor Ni Luh”, ia menampung laporan masyarakat lalu menyalurkan ke instansi berwenang. Dia aktif di media sosial untuk menekan pihak berwenang bergerak cepat, sekaligus membangun kesadaran publik bahwa melaporkan bukanlah xenofobia, melainkan bentuk perlindungan terhadap ekonomi dan martabat lokal.
Tergolong belia di dunia politik, Ni Luh menjadi politisi tulen saat terpilih menjadi anggota DPD RI mewakili daerah Bali pada Pemilu 2024 lalu. Dia menjadi wanita pertama yang mewakili Bali menjadi senator DPD. Sebelumnya, dia sempat menjajal bergabung dengan dua partai politik, Partai PSI dan Partai Nasem. Namun, kedua partai tersebut tak mampu membuatnya betah. Hingga dia memilih melaju di jalur DPD.
Ni Luh Djelantik adalah sosok yang mencerminkan persimpangan antara ekonomi kreatif dan politisi aktivis. Memanfaatkan kiprah globalnya sebagai pengusaha dan desainer, ia kini menjalankan peran sebagai senator representatif Bali, mengedukasi publik dan mendorong kebijakan yang berpihak kepada masyarakat akar rumput. Pengalamannya sebagai pengusaha UMKM memberikan perspektif langsung terhadap tantangan pelaku usaha lokal, sekaligus mendasari upayanya dalam legislatif untuk menjamin keadilan ekonomi, penguatan kedaulatan lokal, dan integritas regulasi.
Sebelum aktif terjun di dunia politik, Ni Luh telah sukses membangun merek sepatu handmade “Niluh Djelantik” sejak awal 2000-an, dikenal internasional, dikenakan selebritas seperti Uma Thurman, Gisele Bündchen, Julia Roberts, Paris Hilton. Dia menolak tawaran produksi massal demi menjaga kualitas—mendaftarkan merek dan paten sendiri pada 2008.
Aktifitasnya di dunia politik tak bisa dilepaskan dari sosok Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, mantan Gubernur DKI Jakarta. Ni Luh aktif mendukung Ahok sejak Pilkada DKI 2017 melalui posko relawan di Jakarta, dan dikenal sebagai “Ahoker garis keras”.
Kemudian kala Ahok sempat dipenjara, Jelantik pun sempat menengoknya. “Saat itu pak Ahok bilang ke saya, Ni Luh kalau kamu berantem terus di luar, kamu akan babak belur, kamu harus masuk ke dalam sistem untuk melanjutkan perjuanganmu untuk memberi berkat lebih kepada masyarakat. Kalau bergesekan terus dengan pemerintah, kamu harus masuk ke dalam sistem menjadi pembuatan aturan yang pro rakyat,” tutur Luh Djelantik, Kamis, (6/10/2022) silam.
Karena nasehat itu, dia memutuskan untuk masuk partai NasDem pada tahun 2018. Sebelum itu. ia telah diminta bergabung ke partai bendera biru tersebut oleh Ketua Komisi Saksi Nasional Partai NasDem, Putu Arta dan Ketua DPW Partai NasDem Jawa Timur. Pun demikian, alasan dia keluar dari Partai Nasdem pun tak bisa lepas dari faktor Ahok.
Dia memilih hengkang dari partai itu setelah partai besutan Surya Paloh itu menetapkan Anies Baswadan menjadi Calon Presiden. “Karena alasan itu saya masuk partai tapi dengan tetap menjalankan idealisme saya sendiri, dan saya jelaskan di awal bagaimana pandangan saya terhadap pada Anies. Ketika dia dipilih oleh NasDem sebagai Capres 2024, saya mundur karena sudah tidak satu prinsip dengan rumah saya sendiri, yaitu di Partai NasDem,” kata Ni Luh.
Sebagai Senator, gaya politik Ni Luh pun tak bisa lepas dari pengaruh mentor politiknya itu. Dia dikenal ceplas-ceplos dan tak hanya basa-basi. Seperti saat dia hadir sebagai Senator DPD RI yang mewakili Bali, di hadapan warga Desa Tremesi, Gianyar yang menolak menjadikan TPA di wilayahnya. Pemprov Bali berencana memindahkan TPA Suwung ke Temesi tanpa konsultasi dengan warga.
Ni Luh secara tegas melayangkan dukungan kepada wrga dalam agenda reses di Banjar Temesi, Selasa (10/6/2025) sebagaimana disiarkan secara langsung melalui akun instagram @niluhdjelantik, yang dihadiri perangkat desa seperti perbekel, bendesa adat, Badan Permusyawaratan Desa (BPD), dan Forum Komunikasi Desa (Forkomdes). Dalam pertemuan itu, warga menyuarakan kekhawatiran atas rencana pemindahan TPA yang dinilai akan memperparah kondisi lingkungan dan kesehatan masyarakat Temesi.
Ni Luh secara tegas mendesak Gubernur Bali Wayan Koster untuk segera membatalkan rencana relokasi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Suwung ke Desa Temesi, Kecamatan Gianyar. Ia memberi batas waktu hingga akhir Juni 2025 untuk keputusan resmi tersebut.
“Krama (warga) Desa Temesi polos, care (seperti) nak Bali polos. Tapi, kalau hak kami sudah diinjak, kebenaran sudah dilanggar, suara kami tidak didengar, tiang (saya) satu kata, lawan,” ucap Ni Luh membuka pidatonya di hadapan warga.
Kiprah Ni Luh Djelantik masih dielukan oleh warga Bali. Dia kini, menjadi salah satu tempat warga berkeluh kesah. Terutama saat menghadapi ketidakadilan. Dia juga selalu hadir menjada adat dan budaya Bali dari pelecehan oleh turis-turis yang nir-literasi. Sebagaimana, dia kini juga lantang menyuarakan agar Bali dikukuhkan sebagai Daerah Istimewa. Ni Luh telah berangkat sebagai sentor perempuan pertama dari Bali, bukan tidak mungkin dalam tahapan karir berikutnya dia bisa menjadi Gubernur Bali pertama dari kalangan perempuan.
(Nian)