Margacinta Merancang Masa Depan: RKPDesa 2026 Jadi Titik Tuang Harapan

Margacinta Merancang Masa Depan: RKPDesa 2026 Jadi Titik Tuang Harapan

Garut, LINews – Sinar matahari menyelinap masuk melalui jendela-jendela besar aula Desa Margacinta. Ruangan yang biasanya sunyi kini berubah jadi tempat penuh harap dan suara. Di bawah cahaya lampu yang hangat memantul di lantai keramik mengilap, deretan kursi disusun rapi, meja-meja dilapisi taplak bersih, dan suasana penuh khidmat menyelimuti, Rabu (30/7).

Di sinilah Musyawarah Desa (Musdes) penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPDesa) Tahun Anggaran 2026 digelar. Bukan sekadar agenda tahunan, tapi semacam sidang nurani bersama ketika warga desa tak hanya hadir tapi juga didengar.

Kepala Desa Acep Gandi berdiri di podium. Wajahnya tenang, tutur katanya pelan tapi berisi. Di hadapannya, para RT/RW, tokoh masyarakat, kader PKK, lembaga desa, hingga pemuda duduk dengan serius, membawa suara dari gang-gang kecil, dari hamparan sawah dari kehidupan yang jarang tersentuh wacana.

Turut hadir jajaran Forkopimcam Leuwigoong Camat Dra. Dedeh Rosyada, Kapolsek IPDA H. Asep Juarna, dan Danposramil Peltu Tubagus Sumpena menjadi peneguh bahwa pembangunan desa kini harus dilihat sebagai gerakan, bukan sekadar rutinitas.

“RKPDesa ini bukan dokumen biasa. Ini pondasi arah pembangunan kita. Harus dibangun dengan partisipasi, dengan transparansi. Biar program yang dijalankan betul-betul menyentuh dan dirasakan warga,” ucap Acep Gandi dalam sambutannya, disambut anggukan pelan dari hadirin.

Usai forum, Acep berbicara lebih personal. Dengan nada lirih, ia menyampaikan harapannya:

“Kita ini sedang menulis sejarah desa, bukan menyusun laporan tahunan. Saya ingin warga Margacinta bisa tunjuk satu jalan, satu jembatan, satu program, lalu bilang: ‘Ini hasil Musdes, ini suara kami yang diwujudkan.’”

“RKPDesa itu bukan dokumen kosong. Ia adalah cermin janji kita kepada rakyat. Kalau kita menulis asal, maka yang akan kita bangun hanyalah kebingungan. Tapi kalau kita menyusun dengan nurani, maka desa ini bisa berdiri tegak, bukan hanya secara fisik, tapi juga martabat.”

Musdes hari itu bukan cuma rapat. Ia adalah peristiwa. Aula megah itu berubah jadi ruang tumbuhnya cita-cita, tempat di mana suara kecil dari pelosok dusun menjadi bagian dari arah besar pembangunan. RKPDesa 2026 pun disusun layaknya simfoni setiap nada diperhitungkan, agar saat dimainkan nanti, menghasilkan irama pembangunan yang benar-benar menyentuh kehidupan masyarakat.

(Ys)

Tinggalkan Balasan