Pangandaran, LINews – Kasus yang terjadi di Pangandaran ini mengungkapkan situasi yang penuh dengan tekanan emosional dan potensi pelanggaran hukum.
“Seorang wanita, yang disebut sebagai R, mengadu ke beberapa Media dan mengaku telah dipaksa oleh kekasih lamanya yang diketahui seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) berinisial K, Diduga menyuruh melakukan aborsi,” jelas R.
Menurut pengakuan R, K menekan dan memberikan uang sebesar Rp 1.500.000 untuk membayar prosedur aborsi yang dilakukan oleh seorang dukun beranak di daerah tersebut.
Kisah asmara antara R dan K yang berawal dari hubungan profesional di Dinas Kabupaten Pangandaran semakin rumit dan penuh intrik setelah hubungan mereka terjalin kembali. R, yang sebelumnya merantau ke luar negeri, kembali ke tanah air dan bertemu dengan K, yang sempat menjadi mantan kekasihnya.
“Setelah sekian lama terpisah, perasaan lama kembali bersemi, dan K iming-iming berjanji untuk bertanggung jawab atas masa depan R, bahkan berjanji untuk menikahinya. Janji itu membuat R luluh dan akhirnya kembali terjerat dalam hubungan yang sempat terputus,” jelas R.
Namun, kisah ini berujung pada masalah yang lebih besar ketika R hamil di luar nikah setelah mereka terlibat hubungan intim.
Kehamilan ini memunculkan persoalan serius bagi keduanya, terutama bagi K, yang tampaknya ingin menutupi konsekuensi dari hubungan mereka. K, yang diketahui memiliki latar belakang sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN), diduga menekan R untuk menggugurkan kandungannya.
Menurut pengakuan R, K mengirimkan uang sebesar Rp 1.500.000 dari rekening pribadinya K untuk biaya aborsi dan memintanya untuk mencari bantuan seorang dukun beranak di daerah Pangandaran. R merasa terpaksa dan terpengaruh oleh tekanan K, meskipun dengan perasaan yang sangat berat imbuhnya.
“Pada akhirnya, setelah upaya pertama menggunakan obat penggugur kandungan gagal, R mengunjungi seorang dukun untuk menjalani pemijatan di area kandungannya, yang kemudian mengarah pada pendarahan dan keguguran,” pungkas R.
Kisah ini semakin memanas, mengingat beberapa tahun sebelumnya K terlibat dalam skandal yang mencuat di wilayah Pangandaran, mencuri perhatian publik. R kini khawatir jika kejadian ini terungkap, akan muncul lebih banyak kontroversi dan aib yang dapat merusak reputasi K, serta memperburuk situasi pribadi dan karirnya.
R, yang sudah dua kali mengalami tekanan serupa untuk menggugurkan kandungannya, merasa sangat tertekan. Ia merasa dipaksa oleh K untuk mengambil langkah-langkah yang tidak diinginkan, bahkan merasa bahwa dirinya hanya menjadi alat untuk menutupi kesalahan yang terjadi dalam hubungan mereka.
“Kisah ini bukan hanya tentang cinta yang kandas, tetapi juga tentang manipulasi, tekanan, dan konflik internal yang akhirnya memengaruhi kehidupan pribadi,” unkapnya.
(BD)