Diduga Peninggalan Dipatiukur, Warga Cililin Temukan Barang Kuno

Bandung Barat, LINews – Sejumlah benda berbentuk poci keramik, piring keramik, gerabah, dan botol minum kuno bertuliskan Herzogthum Nassau, ditemukan warga di perbukitan Pasir Nagara, Dusun Lembang, Desa Mukapayung, Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat (KBB). Benda-benda kuno itu diduga bernilai sejarah, peninggalan tokoh Dipatiukur.

“Kakek saya yang menemukan. Disimpan di rumah. Ada yang dipakai alat rumah tangga dan diwariskan ke anak cucunya,” kata Memer (87), warga Dusun Lembang, Sabtu (28/5/2022).

Memer menyatakan, benda-benda kuno itu telah ditemukan warga sejak dulu. Bahkan sejak kakek buyutnya masih hidup, yakni sekitar 1920. Benda-benda itu ditemukan ketika melakukan pembukaan lahan di sekitar perbukitan Pasir Nagara.

Warga awalnya tidak mengetahui jika barang-barang itu punya nilai sejarah. Bahkan banyak yang dibuang karena khawatir pecahan keramiknya melukai kaki para petani. Apalagi banyak yang posisinya tertimbun tanah dan tidak terlihat.

Diduga benda-benda bersejarah itu ada kaitannya dengan tokoh Dipatiukur yang sempat bersembunyi dari kejaran tentara Kesultanan Mataram ke kawasan Gunung Lumbung yang berdampingan dengan Pasir Nagara.

Awalnya Dipatiukur diperintahkan untuk menyerang VOC oleh Kesultanan Mataram. Namun Dipatiukur menolak sehingga dinilai membangkang dan diburu tentara Mataram.

Diketahui, tokoh Dipatiukur diabadikan sebagai nama jalan di Kota Bandung, tepatnya di depan Kampus Unpad. Jalan Dipatiukur sepanjang sekitar 1,5 kilometer membentang dari simpang Dago hingga Surapati. “Kata orang tua dulu, benda itu peninggalan Eyang Dipatiukur yang sempat sembunyi di sana dari kejaran Mataram,” tuturnya.

Kelompok Sadar Wisata (pokdarwis) Desa Mukapayung, telah melaporkan penemuan keramik, gerabah, dan alat makan itu ke bagian sejarah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan KBB untuk memastikan usianya.

Saat ini ada dua orang yang masih merawat sebagian dari bentuk serpihan dan dalam bentuk aslinya.

“Kami sudah laporkan ke Disparbud KBB supaya memastikan nilai sejarahnya. Siapa tahu bisa dilestarikan dan memiliki manfaat untuk pendidikan,” kata Ketua Pokdarwis Mukapayung Ali Masum. (Red)