Diplomat yang Berjuang dari Bawah & Reputasi Politik Luar Negeri RI

Diplomat yang Berjuang dari Bawah & Reputasi Politik Luar Negeri RI

Retno Lestari Priansari Marsudi, LL.M, (Menteri Luar Negeri RI)

Jakarta, Law-Investigasi – Publik Indonesia mengenal sosok Retno Lestari Priansari Marsudi, LL.M. adalah seorang diplomat karier perempuan yang menjabat sebagai Menteri Luar Negeri (Menlu) Perempuan pertama di Indonesia.

Retno lahir di Semarang pada 27 November 1962 dan mulai menjabat sebagai Menlu sejak 27 Oktober 2014 di Kabinet Kerja Jokowi. Kinerja Retno pada periode pertama pemerintahan Jokowi berhasil membuat dirinya kembali dipercaya dan dilantik oleh Menteri Luar Negeri untuk Kabinet Indonesia Maju pada 23 Oktober 2019.

Nama Retno sendiri sempat menjadi perbincangan hangat publik karena ia merupakan Menlu Perempuan pertama dalam sejarah sejak Indonesia merdeka. Bila berbicara soal diplomasi tentu rata-rata orang memiliki stigma negatif bahwa perempuan tidak mampu untuk melakukannya.

Namun, stigma terhadap perempuan itu kini perlahan-lahan dapat digoyahkan salah satunya karena Retno Marsudi berhasil masuk ke dalam jajaran pemerintahan dengan posisi strategis.

Retno menceritakan masa kecil yang penuh dengan perjuangan dan ia berangkat dari keluarga yang sederhana. Ia mengalami keterbatasan dalam hidup ketika mengingat masa kecilnya, Retno menyebut dirinya berasal dari keluarga orang yang teramat biasa, bukan orang berada.

“Saya pernah makan nasi cuma dengan garam. Ibu saya yang bilang tapi saya jujur udah lupa. Karena waktu itu saya masih anak kecil ya,” kata Retno kepada Law-Investigasi.

Retno mengatakan bila sejak sekolah dasar pendidikan yang ditempuh hingga jenjang sarjana adalah di sekolah negeri. Sekolah dasar (SD) ia tempuh di SD Randusari, kemudian ia melanjutkan pendidikan di SMPN 3 Semarang.

Ia menceritakan salah satu pengalaman yang tidak terlupakan saat masih bersekolah, kala itu Retno tampak lebih terkenang dengan banjir yang menggenangi sekolah itu tiap tahun.

“Kalau banjir, wah, kami malah (berangkat) sekolah, terus main air,” ungkapnya. Sebelum melanjutkan kuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM), Retno sempat bersekolah di SMA Favorit di Semarang yakni SMAN 3 Semarang.

Hal inilah yang menjadi awal mula pertemuan dirinya dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Artinya ia juga sudah mengenal Sri Mulyani selama lebih dari 40 tahun.

Retno menyebut bila ketika masa sekolah ia juga kenal baik dengan Sri Mulyani meskipun memiliki minat yang berbeda. “Kami ini Satu angkatan, Jadi, saya kenal Bu Menkeu itu sudah lebih dari 40 tahunan dan kami juga saling kenal baik tapi kegiatan kita beda,” imbuhnya.

Peran Diplomat Perempuan

Retno menikah dengan Agus Marsudi yang berprofesi sebagai arsitek, dan dari pernikahannya tersebut memperoleh dua anak. Retno menegaskan sebagai seorang perempuan perjalanan karier menjadi Diplomat membutuhkan perjuangan yang ekstra.

Namun, bukan berarti perempuan tidak bisa seiring menjalankan peran sebagai perempuan dan ibu sembari tetap berkarir cemerlang. “Cuma memang tantangannya lebih besar. Pasti itu,” tegasnya.

Retno menyatakan bila perjalanan karier sebagai Diplomat hingga puncaknya menjadi Menteri Luar Negeri semakin membuatnya terbiasa selalu bepergian ke berbagai negara. Selain itu, bicara tentang diplomasi tentu banyak orang melihat ini dunia laki-laki artinya perempuan yang menjadi Diplomat jumlahnya tidak sebanyak laki-laki.

“Saat saya masuk ke Kementerian Luar Negeri, iya begitu situasinya (Jumlah Laki-laki lebih banyak),” ujarnya. Dia pun tak membantah persepsi yang sama sempat lekat di benaknya. Komposisi diplomat ketika Retno mulai menempuh jalan ini hanya 10 persen yang perempuan.

Keresahan TKI Saat Ini

Sebagai seorang Menteri Luar Negeri dan Diplomat tentu Retno banyak berhubungan dengan negara lain. Salah satu yang pasti adalah Retno pasti setidaknya mengetahui keresahan yang terjadi pada kondisi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang berada di negara lain.

Salah satu contohnya, Retno menceritakan kondisi TKI di luar negeri yang mempunyai keresahan yang berbeda. Salah satu yang menjadi poin keresahan para TKI di Malaysia misalnya, beberapa TKI mengalami keresahan karena berkaitan juga dengan keselamatan para TKI.

Dalam pertemuan Retno dengan Menlu Malaysia beberapa waktu lalu, Ia menekankan pada Malaysia untuk menjamin keselamatan para TKI. “Saya sampaikan kepada Menlu Malaysia untuk atasi keresahan TKI disana adalah perlindungan pekerja migran adalah salah satu isu prioritas bagi Politik Luar Negeri Indonesia,” ucapnya.

Retno juga menceritakan salah satu yang membuat keresahan TKI dan Negara adalah ada beberapa TKI yang tertipu karena iming-iming gaji yang besar di negara orang.

Ia menyatakan modus kejahatan tersebut ditawarkan kepada salah satu calon TKI untuk bisa bekerja di luar negeri dengan persyaratan yang melanggar prosedur. “Jadi saya pernah dapat cerita, calon TKI ini ditawari kerja oleh seseorang dengan gaji kisaran 1000-2000 dollar Amerika dan si TKI ini disuruh membayar biaya administrasi,” ungkapnya.

“Itu diatur oleh pihak penyelenggara yang mengajaknya dari keberangkatan sampai dengan si calon tiba di negara tersebut lalu dikumpulkan di satu gedung pekerja tersebut,” sambungnya.

Setelah itu, Retno menyatakan bila si calon pekerja tersebut diberi pengarahan oleh pihak yang mengajak tersebut dan segalanya sudah disiapkan. “Jadi nanti si calon TKI ini udah disiapin komputer untuk menipu calon korban tersebut juga jadi ini udah siklus,” ucapnya.

Untuk itu, Retno menyatakan Perlindungan kepada Tenaga Kerja Indonesia yang bertugas di luar negeri ini sangat penting dan bermakna luas. Mulai dari pentingnya penegakan hukum terhadap setiap perlakuan buruk atau tindak kriminal yang dilakukan terhadap pekerja Indonesia di sana.

(Vhe)

Tinggalkan Balasan