Jakarta, LINews – Ekonomi digital ASEAN diproyeksi akan meningkat mencapai US$ 2 triliun atau setara Rp 30.374 triliun (kurs Rp 15.187) di 2030. Hal itu berkat Digital Economic Framework Agreement (DEFA) yang telah diluncurkan.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan implementasi DEFA dimulai pada 2025. Sepanjang 2 tahun ke depan ini akan dilakukan negosiasi dan harmonisasi berbagai hal sebelum benar-benar diimplementasikan.
“Apabila DEFA nanti diberlakukan di 2025, akan meningkatkan potensi ekonomi digital ASEAN yang business as usual itu US$ 1 triliun. Tetapi dengan implementasi DEFA bisa meningkat jadi US$ 2 triliun di 2030,” kata Airlangga dalam konferensi pers usai Launching DEFA di Hotel St. Regis, Jakarta.
Ada 9 isu terkait DEFA yang akan didorong termasuk kesiapan infrastruktur, sumber daya manusia (SDM), ekosistem di negara masing-masing ASEAN, hingga retraining dan reskilling. Dari 9 isu pokok itu ada sekitar 46 item yang harus diharmonisasikan, di antaranya terkait kebijakan data flow.
“Regulasi ini menarik semua perjanjian yang sudah diperjanjikan termasuk RCEP dan lain-lain sebagai basis sehingga ke depan perubahan akibat transformasi AI, blockchain dan lain-lain sudah masuk dalam cakupan yang nanti akan dibahas dalam lingkup DEFA itu sendiri,” jelas Airlangga.
“Jadi DEFA itu outlook-nya jangka panjang dan ini sudah dilakukan studi mendalam oleh sekretariat jenderal (ASEAN) dan timnya,” tambahnya.
DEFA digadang-gadang akan membuka babak baru dalam integrasi ekonomi digital regional. Dengan adanya perjanjian ini diharapkan akan menarik investasi, mendorong inovasi, meningkatkan produktivitas, menciptakan lapangan kerja yang berkualitas, serta memberdayakan sektor UMKM.
Berbisnis di Kawasan ASEAN Makin Mudah
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan (Zulhas) menyatakan Indonesia mendukung terwujudnya kemudahan berbisnis antara para pelaku usaha di kawasan ASEAN. Hal itu termasuk upaya mendorong digitalisasi yang meningkatkan efisiensi perdagangan di kawasan.
Zulhas mengatakan kegiatan berbisnis antarpelaku sebagai satu ASEAN akan berkontribusi dalam memberi ASEAN keunggulan dari negara-negara lainnya. Misalnya terkait kiriman dan keluar barang, akan dipermudah agar efisien.
“Jadi semua memang harus dipermudah. ASEAN akan menjadi satu paling tidak di bidang perdagangan, investasi dan jasa. Kemudian disatukan pula dengan digitalisasi yang bersifat paperless. Hal ini dilakukan agar kita bisa bersaing dengan negara-negara lain,” kata Zulhas dalam pertemuan bilateral dengan Ketua Dewan Penasihat Bisnis ASEAN (ASEAN-Business Advisory Council atau ASEAN-BAC) Malaysia Tan Sri Nazir Razak.
Dalam pertemuan tersebut, delegasi ASEAN-BAC Malaysia diwakili para pengusaha di berbagai bidang di antaranya transportasi dan perbankan.
Zulhas menyampaikan bahwa para pengusaha Malaysia ingin terjadi percepatan realisasi kesepakatan lingkup ASEAN, termasuk perdagangan intra-ASEAN. Keputusan-keputusan terkait perdagangan di ASEAN ini akan dibahas para kepala negara dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN pada 5-7 September mendatang di Jakarta.
Sebagai informasi, total perdagangan Indonesia dan Malaysia selama lima tahun terakhir (2018-2022) menunjukkan tren peningkatan sebesar 12,16%. Bahkan pada 2021 ke 2022, tren peningkatan total perdagangan tercatat sebesar 30,26%.
Lima sektor utama dari Indonesia yang komoditasnya diekspor ke Malaysia adalah batu bara, kelapa sawit, minyak bumi selain mentah, kokas minyak bumi, dan asam lemak monokarboksilat industri.
(Bay)