Garut, LINews – Di Kampung Cihurang RT 02 RW 10, Desa Padaawas, terbentang sebuah embung yang bukan hanya menampung air, tapi juga menyimpan mimpi dan harapan. Embung Padaawas namanya sebuah permata tersembunyi yang lahir dari alam, dirawat oleh warga, dan kini tumbuh menjadi kebanggaan desa.
Air yang mengisi embung ini bukan air biasa. Ia datang dari beberapa mata air murni yang mengalir dari pegunungan sekitar, seolah alam sendiri yang menitipkan berkat. Dari banyak arah, air mengalir tenang, menyatu di embung ini, dan menjadi sumber kehidupan bukan hanya untuk sawah dan ladang, tapi juga untuk masa depan desa.
Dikelilingi perbukitan hijau dan ladang sayur yang terhampar luas, embung ini menawarkan kedamaian yang alami. Suara airnya seperti doa yang tak pernah putus. Anak-anak bermain, pemuda berswaphoto dan para petani duduk bersandar sambil menatap air yang pernah mereka gali bersama-sama.
Di balik keindahan ini, berdiri sosok pemimpin yang membumi dan penuh visi Ucu, Kepala Desa Padaawas. Ia tak hanya memandang embung ini sebagai destinasi, tapi sebagai warisan. Tempat warga belajar, berkumpul, dan menumbuhkan ekonomi mandiri.
“Embung ini bukan untuk hari ini saja. Saya ingin anak cucu kita kelak datang ke sini, tahu bahwa desa kita pernah menjaga alam, pernah bersatu, dan pernah bermimpi besar. Ini harus jadi bagian dari sejarah kita,” tutur Ucu penuh keyakinan.
Harapan itu sederhana tapi dalam: embung ini harus terus hidup bukan hanya dari air yang mengalir, tapi dari manfaat yang terus tumbuh. Edukasi untuk anak-anak, ruang usaha untuk UMKM warga, hingga agenda budaya desa semua bermula dari sini.
Kini, setiap pengunjung tak hanya pulang dengan foto, tapi membawa pulang rasa. Rasa damai, rasa bangga, dan rasa tanggung jawab untuk menjaga yang sudah diwariskan.
Embung Padaawas bukan sekadar kolam penampung air. Ia adalah mata air harapan, yang mengalir dari pegunungan, masuk ke hati warga, dan menulis sejarah baru bagi Desa Padaawas.
(Ys)