Jadilah Politikus Beretika!

Jadilah Politikus Beretika!

Jakarta, LINews – Pengamat politik dari Bali, Dr. I Made Pria Dharsana, SH, M. Hum mengungkapkan soal etika dalam kehidupan berpolitik yang merupakan salah satu kunci lahirnya politik yang santun. Karenanya menurut Made Pria demikian ia akrab disapa hal tersebut perlu digerakan kembali soal kesadaran dannsemangat berpolitik yang bersih dan beretika

Menurut Made Pria ada tiga alasan mengapa berpolitik itu harus santun, bersih dan beretika. Ia menjelaskan, politikus santun dan beretika itu pastinya orangnya sportif, memiliki jiwa besar dan keteladan serta rendahbhati dalam menyikapi berbagai persoalan dalam kehidupan berpolitiknya.

“Politikus yang punya etika, pastinya dia konsisten dengan segala sikap politiknya tegak lurus terhadap ketentuan partai politik yang dia ikuti. Dan menurut Saya, etika sangat penting dipegang oleh aktor-aktor politik, baik itu individu maupun partai politik, dalam berkompetisi pemilu,” tegas Dosen FH Warmadewa, Bali ini kepada LI pada Senin, (23/10) di Sotis Hotel, Kemang, Jakarta.

Made Pria menegskan bahwa berbudaya politik santun, menanamkan pemahaman bahwa politik yang diperjuangkan, bukan semata politik kekuasaan. Akan tetapi suatu politik yang mengedepankan panggilan pengabdian, demi kesejahteraan masyarakat secara umum.

“Politikus dan filsuf Florentine abad ke-16 yang terkenal karena gagasan politiknya,
Niccollo Machiavelli pernah mengatakan bahwa moralitas dalam ruang politik menjadi bidang yang paling rendah, karena individu dan Negara bersaing meraih kekuasaan.
Dan politik yang menghalalkan secara untuk meraih kuasa, apakah akan seperti itu terjadi di Indonesia? Dan suhu politik kian mengemuka dengan munculnya politik identitas yang kian nampak dan dirasakan dalam beberapa minggu belakangan ini,” terang Made Pria.

Dan menurut Made Pria, fenomena ini sangat mencemaskan akan runtuhnya pondasi bangun demokrasi pasca reformasi yang kita jaga bersama. Budaya politik santun dan beretika, lanjut Made Pria, diperlukan agar elit politik menjauhi dari perbuatan yang dapat merugikan bangsa Indonesia. “Karena berpolitik pada hakikatnya adalah sebuah perjuangan untuk membahagiakan dan menyejahterakan rakyat secara baik,” tegasnya.

Meminjam pendapat politik Mahatma Gandhi, Made Pria menyebutkan bahwa pembentukan karakter politik harus dimulai dari keteladanan. Bangsa yang memiliki karakter adalah bangsa yang mampu memberikan teladan bagi generasinya. Keteladanan adalah bentuk pendidikan berantai yang hidup. Ia tidak hanya memberikan informasi tetapi mentransformasi sisi-sisi keagungan jiwa ke dalam hati generasi berikutnya. Keteladanan ibarat gen yang diwariskan dari pendahulunya.

“Bila gen pendahulunya unggul, maka dipastikan kelanjutan gen generasi berikutnya juga akan unggul, demikian sebaliknya. Keteladanan akan menghangatkan hati setiap generasi sehingga mampu menyalakan api jiwanya untuk menuntun tapak-tapak hidupnya demi sebuah cita-cita kehidupan yang suci, penuh dedikasi dan pengabdian,” ungkap Made Pria.

Mahatma Gandhi juga pernah mengatakan ‘jika hanya satu kata dapat menyampaikan kebenaran, maka itu sudah cukup dan lebih berarti dibandingkan banyak kata tapi kosong. Yang dipentingkan bukan banyaknya kata, tetapi kebenaran yang terkandung di dalam kata itu. Banyak kata namun kosong tidak berarti apa-apa, hanya keributan, satu kata tapi menyatakan esensi, maka itulah yang utama. Jika kata-kata selalu menyatakan esensi maka ia akan menjadi mantra.

“Tapi, jika kata kita menjadi mantra, maka ia akan memiliki kekuatan ilahi yang tiada terkira. Jika kata kita memiliki kekuatan, maka ia akan dapat mengetuk nurani siapa saja yang mendengarkannya. Inilah dasar gerakan politik Mahatma Gandhi yang membuat namanya abadi sebagai tokoh tanpa kekerasan (Suwantana, 2012: 5),” ujar Made Pria mengakhiri wawancaranya.

(Ki Mono)

Tinggalkan Balasan