Badung, LINews – Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan gelaran World Water Forum ke-10 sangat strategis untuk merevitalisasi aksi nyata dan komitmen bersama dalam mewujudkan manajemen sumber daya air terintegrasi.
Dalam hal ini, Jokowi mengungkapkan terdapat tiga prinsip dasar pengelolaan air yang konsisten didorong oleh Indonesia. Pertama, prinsip solidaritas dan inklusivitas untuk mencapai solusi bersama terutama bagi negara pulau kecil dan yang mengalami kelangkaan air.
Kedua, memberdayakan hydro diplomacy untuk kerja sama konkret dan inovatif, menjauhi persaingan dan dalam pengelolaan air lintas batas. Ketiga, memperkuat political leadership sebagai kunci sukses berbagai kerja sama menuju ketahanan air berkelanjutan Indonesia mengangkat empat inisiatif baru.
Adapun empat inisiatif baru tersebut antara lain penetapan world lake day, pendirian centre of excellence di Asia Pacific, tata kelola air berkelanjutan di negara pulau kecil, penggalangan proyek air.
“Air bukan sekedar produk alam, tapi produk kalibrasi yang mempersatukan sehingga butuh upaya bersama untuk menjaganya,” ujar Jokowi dalam KTT World Water Forum ke-10 di Badung, Senin (20/5/2024).
Di samping itu, Jokowi juga menjelaskan, bahwa air merupakan sentral bagi dunia. Bank Dunia memperkirakan kekurangan air dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi sampai 6% hingga tahun 2050, kelangkaan air bisa memicu perang dan memicu bencana.
Dia menuturkan, terlalu banyaknya jumlah air atau terlalu sedikitnya air bisa menjadi masalah bagi dunia.
Perhatian pemerintah terhadap isu ketahanan air berkelanjutan diwujudkan dengan memperkuat infrastruktur air dengan membangun 42 bendungan dalam kurun 10 tahun terakhir. Juga dengan membangun 1,18 juta hektar jaringan irigasi, 2.100 km pengendali banjir serta pengamanan pantai dan rehabilitasi 4,3 juta ha jaringan irigasi. Tidak ketinggalan, air juga dimanfaatkan untuk membangun PLTS terapung di Cirata sebagai PLTS terbesar di Asean.
(Vhe)