Garut, LINews – Seorang guru ngaji warga RW 03 RT 05, Desa Cibiuk kidul Kecamatan Cibiuk, Kabupaten Garut, yang menempati rumah bilik panggung nyaris roboh, guru ngaji dengan puluhan murid dan berpenghasilan minim perlu uluran tangan dari semua pihak.
Lukman mengatakan sudah puluhan tahun menempati Rumah panggung Tidak Layak Huni (Rutilahu) miliknya, itu belum pernah dibantu oleh pihak pemerintah daerah dan pusat. Atap rumahnya nyaris ambruk dan belum ditangani karena belum ada biaya untuk perbaikan rumah yang Ia tempatinya.
Ustadz Lukman telah bertahun-tahun menjadi pilar pendidikan agama bagi masyarakat sekitar. Namun, ironisnya di balik peran ustadz Lukman bersama keluarganya hidup dalam kondisi yang memprihatinkan, mereka tinggal di rumah panggung yang sangat sederhana. Dirumah yang Ia tinggali, tak jauh dari madrasah tempatnya mengajar.
Namun ketika melihat kondisi rumah Ustadz Lukman yang tidak layak huni dan hampir seluruh bagian rumah Lukman bocor. Saat hujan turun, air mengalir dari celah-celah atap, membasahi rumah panggung dan memaksa keluarga Lukman berdempetan menghindari kucuran air hujan.
“Saat Hujan deras membuat kami dan keluarga tidak bisa tinggal di rumah sendiri, bahkan tidur pun tak nyaman,” tutur Lukman.
Berkat Pemerintahan Desa Cibiuk Kudul yang di pimpin Cepi Alhumaedi bersama ketua RW dan RT juga warga masyarakat Cibiuk kidul kini sedang berupaya bergotong – royong untuk membangun rumah ustad Lukman dengan cara swadaya warga.
Elaborasi swadaya masyarakat pemdes Cibiuk kidul yang melibatkan masyarakat desa dalam pembangunan rumah tersebut melalui sumbangan atau kerja bakti, dukungan kepada Lukman dalam pembangunan rumah ini bertujuan untuk memberikan tempat yang layak dan nyaman bagi nya, serta sebagai bentuk penghargaan atas dedikasinya.
“Guru ngaji memiliki peran penting dalam menanamkan nilai-nilai keagamaan dan membentuk karakter generasi muda yang berakhlak mulia” Ujar Capi.
Dirinya seringkali memimpin atau menginisiasi kegiatan swadaya seperti ini, sehingga menjadi model bagi masyarakat desa Cibiuk kidul untuk turut serta dalam pembangunan rumah ustad Lukman.
“Beliau mengajarkan agama tanpa pamrih, tapi lihatlah bagaimana kondisi hidupnya. Kenapa daerah lain bisa mendapatkan rumah layak huni, tapi guru ngaji seperti beliau justru terabaikan?”, ujar Cepi, Senin (05/05/2025).
Cerita pembangunan rumah ustadz Lukman adalah potret kecil dari realitas yang sering terlupakan, perjuangan para guru ngaji yang mengabdikan diri tanpa berharap lebih, namun kerap terabaikan dalam urusan kebutuhan dasar. Kini, harapan besar dipertaruhkan agar sang guru, bersama keluarganya dan murid-muridnya, bisa menikmati rumah yang kokoh, hangat, dan bebas dari tetesan hujan.
(Yp)