Jakarta, LINews – Direktur Pelaksana International Monetary Fund (IMF) Kristalina Georgieva mengungkapkan, kerugian ekonomi akibat bencana alam dari imbas perubahan iklim tembus US$ 100 miliar atau Rp 1.532 triliun (Rp 15.320/US$) per tahun.
“Kami memperkirakan kerugian ekonomi akibat bencana di negara kami rata-rata sekitar US$ 100 miliar per tahun dan lebih signifikan lagi jika kita melihat ke masa depan,” ujarnya di Park Hyatt Jakarta, Kamis (7/9).
Menurutnya, perubahan iklim yang menyebabkan peningkatan suhu bukan hanya menimbulkan kerugian fisik tetapi juga akan melahirkan penderitaan ratusan juta banyak orang.
Dan tentu saja, selain kerugian fisik, kita juga harus menanggung kerugian manusia, penderitaan orang-orang yang menghancurkan penghidupan ratusan juta orang,” sebutnya.
Kristalina mengatakan, sebagai lembaga keuangan pihaknya juga ikut menyalurkan pendanaan melalui instrumen pembiayaan konsesi pemulihan.
“Dimulai dengan US$ 14 miliar dalam jangka waktu 28 tahun, 10 setengah tahun tenggang di bawah pembiayaan pasar untuk transisi hijau,” tuturnya.
Kristalina menambahkan, pihaknya memahami bahwa sektor keuangan harus menyesuaikan diri dengan dunia baru dalam aksi iklim. Sehingga, pihaknya memasukkan kategori tersebut dalam risiko penilaian sektor keuangan.
“Jadi kami harus melakukan penilaian sektor keuangan di mana saja. Sekarang kami katakan mari kita lihat apa yang ada di neraca Anda. Pembiayaan apa yang perlu anda hapus secara bertahap? Dan bagaimana anda bisa maju lebih banyak pendanaan adaptasi dan mitigasi?
Sebab kita tahu bahwa pengambil keputusan membutuhkan data untuk mengambil keputusan yang baik,” pungkasnya.
(Roy)