Garut, intervensi.com – Koperasi Merah Putih Dikuasai Keluarga Kepala Desa, Pak Yusup Bingung Mau Nulis Apa, Malah Dapat Daftar Belanja Arisan
Reporter Utama:
Pak Yusup (wartawan senior, pensiunan tapi masih penasaran)
Didampingi: Pak Bambang (tukang nyatet tapi ngantukan), Pak Engkus (perokok aktif pasif), dan Pak Borhod (lebih cocok jadi stand-up comedian daripada wartawan)
Kisruh Koperasi Merah Putih di Desa, bikin Pak Yusup pusing tujuh keliling. Niat awalnya mau investigasi, tapi baru 10 menit di lokasi, dia malah dikasih jadwal ronda RT.
“Lho saya ini wartawan, bukan warga sini,” kata Pak Yusup sambil melongok daftar yang isinya “Senin: Yusup – bawa senter & kopi”.
Koperasi yang katanya “untuk rakyat” ternyata lebih mirip grup WhatsApp keluarga besar kepala desa. Semua jabatan strategis dipegang oleh kerabat. Bahkan Pak Yusup sempat nanya ke bendahara:
“Kalau saya mau minjam, syaratnya apa?”
Jawabannya:
“Punya hubungan darah minimal 3 generasi ke atas.”
Pak Bambang cuma bisa ngangguk sambil nyatet sambil nguap. Pak Engkus udah ngerokok 4 batang tapi belum dapet quote buat berita. Sedangkan Pak Borhod, saking stresnya, malah nyeletuk ke warga:
“Mau pinjem duit aja rasanya kayak mau daftar KUA.”
Pak Yusup yang paling niat, malah makin tersesat. Dia coba wawancara salah satu pengurus, tapi malah dikasih brosur diskon sembako.
Wawancaranya begini:
Pak Yusup: “Apa alasan koperasi tidak terbuka untuk umum?”
Pengurus: “Kami terbuka kok… asal satu keluarga.”
Pak Yusup: “Lha ini koperasi atau grup arisan keluarga besar?”
Pak Yusup pulang ke kantor dengan tas penuh: kopi sachet, kerupuk sisa rapat, dan satu salinan proposal proyek fiktif.
Berita belum jadi, tapi dia udah ditanya warga, “Pak Yusup, mau daftar koperasi gak? Nanti kita anggap sepupu jauh.”
Sampai sekarang, dia masih mikir… “Kalau saya ngaku-ngaku sepupu buyut kepala desa, kira-kira lolos gak ya?”