Jakarta, LINews – Sebuah kebanggaan Indonesia menjadi bagian dari ajang Qatar-Indonesia 2023 Years of Culture atau kegiatan memperingati Tahun Kebudayaan Qatar-Indonesia 2023. Hal ini penting bagi Indonesia karena salah satunya dapat mempererat hubungan budaya antara Indonesia dan Qatar.
Kegiatan tersebut diisi dengan mengeksplorasi sejarah kopi dari Indonesia hingga Qatar. Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemedikbudristek) Hilmar Farid menyebutkan kopi di Nusantara mempunyai sejarah panjang dari kepahitan hingga berbuah manis sekarang.
“Secara literal buahnya yang pahit, juga secara sejarah punya catatan pahit. Namun, sekarang kita ingin menunjukkan kepada Dunia bahwa Kopi di Indonesia bukan sekedar minuman, tapi membawa nilai dan sarat tradisi. Oleh karena itu yang kita pamerkan bukan kopinya, tapi budaya kopi,” ujar Hilmar dalam keterangan tertulis, Sabtu (25/11/2023).
Ia menyatakan menjadi kebanggaan bagi Indonesia dapat menyajikan kopi Nusantara di Qatar. Menurutnya, kopi bagi Indonesia tak sekadar komoditas, tetapi juga bagian dari budaya. Terlebih dengan adanya sejarah kelam dalam pengembangan budi daya kopi di Indonesia.
“Bicara soal kopi di Indonesia, ada dua kisah, yang enak dan tidak enak. Tak enaknya, leluhur kita dipaksa untuk menanam kopi. Enaknya, Indonesia kini dikenal sebagai salah satu negara penghasil kopi,” jelasnya.
Selain itu, sajian dan budaya kopi mempunyai arti tersendiri bagi Indonesia, di antaranya memperluas tradisi bersama antara Indonesia dan Qatar dalam hal keramahtamahan, dialog, dan kreativitas yang didorong oleh kegiatan menyeduh, menyajikan, dan berbagi kopi.
Selanjutnya, Hilmar menyebutkan pameran budaya kopi ini merupakan salah satu kegiatan dalam rangkaian Qatar Year of Culture. Adapun kegiatan ini berlangsung di The National Museum of Qatar yang dibuka hingga 17 Februari 2024.
“Dalam satu tahun penuh, ada berbagai kegiatan lain, journey photo, penelitian bersama, berbagai workshop budaya Indonesia di Qatar, hingga kekuatan sastra Indonesia,” tuturnya.
Kemudian, ia menerangkan kopi sebenarnya media diplomasi yang bisa mencairkan suasana. Lewat pameran ini, para penikmat dan penggiat kopi dapat berinteraksi dengan disiplin ilmu lain seperti pemerhati lingkungan, kuliner dan gaya hidup yang saling berbagi pandangan untuk meningkatkan apresiasi terhadap kopi Indonesia dari hulu hingga hilir.
Lebih dari itu, tanaman kopi juga memiliki fungsi sebagai penghasil oksigen, sehingga ikut berperan dalam menjaga lingkungan dengan proses pertanian yang berkelanjutan. Oleh karena itu, Hilmar menilai kopi tidak boleh dipandang sebatas komoditas. Harapannya, upaya ini dapat mengangkat harkat dan martabat petani kopi dan seluruh penggiat kopi, yang menggantungkan hidupnya dari kopi.
Sementara itu, Direktur National Museum of Qatar Sheikh Abdulaziz Al Thani mengatakan pameran tersebut merupakan bukti kekuatan narasi bersama dalam menumbuhkan pemahaman dan kolaborasi. Hal ini menjadi tonggak sejarah bagi Qatar-Indonesia 2023 Years of Culture.
“Pameran ini merupakan bukti kekuatan kerja sama dalam menyusun narasi yang bergema lintas budaya dan generasi. Melalui kemitraan dengan Years of Culture, bertujuan untuk membuat terobosan baru dalam merayakan pengalaman bersama umat manusia dengan lensa hijau, selain mempromosikan keberlanjutan seni dan budaya,” jelasnya.
Dalam kegiatan pameran itu juga menampilkan seluk-beluk kopi lainnya, mulai dari sejarah penanaman kopi, perdagangan, dan budaya minum kopi di seluruh dunia, dengan fokus khusus pada budaya kopi tradisional dan kontemporer di Qatar dan Indonesia.
Pameran ini mengeksplorasi berbagai topik, mulai dari perkebunan berkelanjutan hingga pembangunan sosial dan budaya. Melalui program menanam kopi, minum Qahwa, hingga mencakup tradisi keramahtamahan, dialog, dan kreativitas bersama yang didorong oleh ritual menyeduh, menyajikan, dan berbagi kopi.
“Pastinya Museum Nasional Qatar dengan bangga menjadi tuan rumah pameran bersejarah Tahun Kebudayaan Qatar-Indonesia 2023 ini,” katanya.
Di sisi lain, Duta Besar Indonesia untuk Qatar Ridwan Hassan mengatakan ada banyak hal yang mengikat Qatar dan Indonesia menjadi lebih kuat. Hal itu melalui eksplorasi lebih dalam terhadap budaya masing-masing yang dimungkinkan selama Tahun Kebudayaan Qatar-Indonesia.
“Saya sangat senang menyaksikan pengalaman budaya luar biasa yang dibangun oleh tim berbakat di Museum Nasional Qatar dan Museum Nasional Indonesia,” ungkapnya.
Pameran tersebut diharapkan dapat menghidupkan sejarah penanaman, perdagangan, dan minuman kopi di seluruh dunia, dengan fokus khusus pada budaya kopi tradisional dan kontemporer di Qatar dan Indonesia. Dengan menggunakan tampilan interaktif, proyeksi imersif, pemandangan, aroma, lanskap suara, dan khususnya menugaskan karya seni kontemporer, dan banyak lagi.
Lalu, kegiatan Menanam Kopi, Minum Qahwa diselenggarakan dalam lima bagian tematik, mulai dari menanam hingga minum kopi sebagai bagian dari tradisi bersama. Pameran ini juga mengeksplorasi topik mulai dari pertanian berkelanjutan hingga pembangunan sosial dan budaya.
Penyelenggara yang merupakan tim kurator gabungan dari Museum Nasional Indonesia dan National Museum of Qatar menghadirkan tampilan interaktif, proyeksi imersif, pengalaman visual, aroma, lanskap suara, karya seni kontemporer khusus, dan lainnya untuk memanjakan pengunjung.
Bagian pertama pameran menjelaskan ‘Apa itu Kopi?’, memperkenalkan pengunjung pada tanaman kopi dan biji kopi yang berharga. Hal ini juga menjelaskan asal usul istilah kopi (kopi dalam Bahasa Indonesia) dari kata Arab untuk kopi adalah ‘qahwa’.
Menanam dan Memperdagangkan Kopi
Berikutnya, ‘Growing and Trading Coffee’ berfokus pada sejarah kopi di Dunia Arab dan Indonesia. Ini menjelaskan bagaimana kopi berpindah dari hutan Ethiopia ke Pulau Jawa di Indonesia.
Bagian pameran ini juga menampilkan instalasi seni kontemporer yang kuat, Bloom in Agony (2022), dari kolektif seniman Indonesia Gegerboyo yang mengeksplorasi hubungan antara warisan kolonial Indonesia dan praktik kopi modern.
Memanggang dan Menyeduh
‘Roasting and Brewing’ melibatkan penonton melalui pengalaman indrawi menggunakan biji kopi dan rempah-rempah yang menonjolkan tradisi pemanggangan dan pembuatan bir yang berbeda.
Melalui video, pengunjung dapat belajar tentang pembuatan bir qahwa dari seorang pakar kopi asal Qatar dan menikmati kompetisi pembuatan kopi yang menampilkan resep-resep dari berbagai keluarga Qatar.
Melayani dan Minum
Bagian terakhir dari ‘Menanam Kopi, Minum Qahwa’ adalah ‘Menyajikan dan Minum’ yang berfokus pada ritual yang terkait dengan minum kopi di Qatar dan Indonesia. Sorotan di bagian ini mencakup proyeksi 360 derajat yang membawa pengunjung ke Filosofi Kopi, sebuah kedai kopi ikonik di jantung kota Jakarta. Sementara ruang melingkar lainnya mengingatkan pada majlis Qatar.
Di dalamnya, dua layar menampilkan film pendek yang dibuat bekerja sama dengan pemuda Qatar yang menunjukkan kompleksitas penyajian kopi dan etika minum di Qatar, seringkali dengan hasil yang lucu.
Kopi dan Kreativitas
Terakhir, ‘Kopi dan Kreativitas’ mengeksplorasi berbagai cara kopi membantu menumbuhkan individu dan industri kreatif di Qatar dan Indonesia. Bagian ini menyoroti praktik budaya Indonesia seperti tekstil batik dan tari topeng tradisional, serta merayakan seniman dan pengusaha Qatar.
Sebagai informasi, kegiatan ini dilaksanakan atas kerja sama Ditjend Kebudayaan Kemdikbudristek, KBRI di Doha, dan Pemerintah Negara Qatar, khususnya Museum Nasional Qatar.
Kemudian juga tim kuratorial gabungan dari Museum Nasional Qatar dan Museum Nasional Indonesia, antara lain Spesialis Pameran dan Interpretasi Multimedia Marie-Pierre Lissoir, Peneliti Sejarah Sosial dan Lisan Najma Ahmed, Wakil Direktur Kuratorial Tania Abdulmonem Al Majid, Associate Curator Sejarah Sosial Sara Saqr Al Mohannadi, Associate Curator Sejarah Lisan Sara Al-Maadheed, Kepala Kurator Sejarah Lisan Amal Al-Hideous, Peneliti Sejarah Lisan Sheikha Rawdha Al Thani dan anggota Museum Nasional Indonesia Daroe Handojo, Prawoto Indarto, Sekar Arum Romadhani, Nusi Lisabilla Estudiantin.
(Donny)