Dr. Ir. Pramono Anung Wibowo, M.M. Calon Gubernur Jakarta
Law-investigasi – Dua periode mendampingi Presiden Joko Widodo sebagai Menteri Sekretaris Kabinet, Pramono Anung bakal mengakhirkan jabatan tersebut untuk berlaga di Pilkada Daerah Khusus Jakarta (DKJ). Dikenal sebagai lobbyer ulung, julukannya ‘connecting people’ diyakini bakal jadi senjata utamanya memenangi laga ini. Terhadap Jakarta, dia menilai Jakarta harus menjadi kota global.
Pramono Anung resmi mendaftarkan diri ke KPUD Jakarta untuk maju sebagai bakal calon gubernur Jakarta di Rabu (28/8/2024). Politisi senior PDI-P ini maju di Pilkada Jakarta 2024 didampingi oleh Rano Karno. Pramono Anung sendiri sudah malang melintang di dunia politik nasional. Dia pernah menjabat sebagai pimpinan DPR periode 2009-2014 dan Menteri Sekretaris Kabinet sejak 2015 sampai sekarang.
Jakarta hari ini dalam masa transisi meninggalkan status prestis sebagai Ibu Kota Negara. Serangkaian perubahan dan adapatasi tentunya akan menjadi tantangan bagi siapapun yang bakal memimpin Daerah Khusus ini lima tahun mendatang (2024-2029). Lantas bagaimana proyeksi Jakarta menurut seorang Pramono?
“Jakarta akan menjadi pusat perekonomian nasional sekaligus menjadi kota global,” ujar Pramono saat ditemui di kawasan Senayan, Jakarta, Selasa (10/9/2024).
Hal ini dinilai menjadi referensi utama mengenai bagaimana Jakarta di masa depan. Mau tidak mau, suka atau tidak suka, menurutnya Jakarta harus lebih efisien, adaptif, lebih terbuka dan lebih ramah bagi pendatang dalam atau luar negeri.
“Sebab Jakarta bukan lagi sebagai ibu kota negara sehingga beban politiknya akan jadi lebih rendah dan kalau itu bisa dilakukan menjadi pusat perekonomian nasional, saya yakin Jakarta lebih bergairah,” jelasnya.
Peduli Nasib Guru
Salah satu hal yang menjadi perhatiannya dalam pengelolaan Jakarta adalah nasib guru, terutama guru honorer. Menurutnya, masih ada disparitas yang sangat lebar di dalam pendapatan guru. Pramono menyoroti upah guru honorer di Jakarta yang masih dibawah Rp5 juga meskipun sudah lolos seleksi Kontrak Kerja Individu (KKI). Sedangkan, guru honorer non-KKI hanya mendapat upah Rp1 juta-1,5 juta.
“Terlalu kecil untuk Jakarta. Padahal yang dididik adalah anak yang sama,” ucap Doktor Ilmu Komunikasi Unpad.
Padahal, menurutnya, guru merupakan tulang punggung bangsa dalam pendidikan. Menurutnya sulit membayangkan seorang guru harus bertahan hidup di Jakarta dengan upah yang masih jauh di bawah UMR. Di tambah lagi, dalam 1 sekolah terdapat status guru yang sama-sama mengajar, tetapi dengan penghasilan yang jomplang.
“Persoalan mengenai guru honorer, ini kan persoalan yang mengemuka di publik, bahwa ada guru honorer yang KKI, kontrak kerja sendiri, ada yang memang jatahnya pemerintah pusat,” kata mantan Sekjen PDI Perjuangan ini.
Safari ke Tokoh
Kembali pada kepiawaiannya dalam lobby dan membina koneksi politik, pria lulusan ITB Pertambangan ini mengaku telah menemui sejumlah tokoh untuk mempresentasikan konsepnya dalam memimpin Jakarta. Menurut dia hal itu sudah diawali dengan pertemuan bersama Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 Jusuf Kalla (JK). Nantinya, tokoh lain seperti Presiden ke-5 Megawati dan Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) juga bakal diagendakan.
“Setelah itu mungkin bertemu dengan tokoh tokoh bangsa, Pak JK, Pak SBY, Bu Mega untuk belajar mengetahui apa sih yang harus dilakukan seorang pemimpin yanh ada di Jakarta ini dengan perubahan paradigma yang baru ini,” ungkap Pramono.
Selain itu dia juga mengagendakan untuk bertemu khusus dengan Joko Widodo, tetapi dalam kapasitas sebagai mantan Gubernur Jakarta.
“Saya juga berkeingan untuk bertemu dengan Pak Jokowi (tapi) sebagai gubernur, bukan sebagai presiden, karena apapun beliau pernah jadi gubernur (Jakarta),” tutur dia.
Selain dengan Jokowi, dia juga sudah menyusun agenda untuk bertemu Anies Baswedan dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) untuk berdiskusi tentang Jakarta. Namun terkait waktu, dirinya masih mencoba menyesuaikan.
“Dengan Mas Anies maupun Pak Ahok kita akan bahas lebih detail pada waktunya,” jelas dia.
Sejauh ini Pramono sudah bertemu beberapa di antaranya, salah satunya Fauzi Bowo (Foke). Menurut dia, hal itu adalah inisiatifnya sebagai calon pemimpin Jakarta berikutnya.
“Saya yang memulai pertama dengan para gubenur hampir semuanya sebenarnya sudah ketemu,” kata pria kelahiran Kediri, Jawa Timur ini.
Terima Tantangan Blusukan 12 Titik dari Jokowi
Meski rangkaian kampanye belum dimulai, namun kegiatan harian Pramono sebagai bakal calon gubernur Jakarta sudah sangat padat. Bahkan selama satu hari penuh dirinya bisa bergeser hingga ke 12 titik.
“Saya hari kedua ada udah blusukan ke 11,12 titik, hari ini (nanti) baru selesai malam. Memang ada yang terbuka, di awal ini saya lebih banyak yang terutup,” kata mantan Wakil Ketua DPR RI.
Pramono sebelumnya mengatakan sempat diberi tantangan oleh Jokowi ketika bertemu dan meminta izin untuk maju Pilgub Jakarta. Pramono mengatakan Jokowi memberi tantangan agar turun 12 titik selama sehari.
“Tetapi sekali lagi, saya kalau ditugaskan saya akan fight, dan saya berjanji apa yang menjadi tantangan Bapak Jokowi ke saya untuk turun 12 titik sehari, saya bilang, ‘Baik Pak saya akan fight untuk titik 12, dan mungkin lebih dari itu
” ujar Pramono Anung saat sambutan di KPU DKI Jakarta, Rabu (28/8/2024).
Menakar peluang Pramono untuk menjadi jakarta 1, memang cukup berat. Dari berbagai survei nama Pramono masih jauh di bawah calon Gubernur, Ridwan Kamil. Bisa dipahami karena Pramono maju di detik-detik akhir, sementara Ridwan sudah sejak lama digadang-gadang oleh Koalisi KIM Plus. Mampukah di sisa waktu 2 bulan lagi, Pramono membalikkan keadaan memenangkan jakarta 1?
Kemenangan itu bisa terjadi jika para pendukung Anies dan Ahok yang dalam survei untuk Gubernur Jakarta selalu diperingkat teratas, siap memilih Pramono. Kita tunggu saja kemana suara pendukung Anies dan Ahok berlabuh, ditengah gencarnya kampanye para pendukung Anies yang menggerakkan mencoblos tiga-tiganya calon agar suara mereka tidak dimanfaatkan oleh pihak lain.
(Vhe)