Mendes PDTT Ungkap Filosofi Logo Gelar Teknologi Tepat Guna Nusantara

Mendes PDTT Ungkap Filosofi Logo Gelar Teknologi Tepat Guna Nusantara

Jakarta, LINews – Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) A Halim Iskandar kembali mengungkapkan maksud dari logo baru Gelar Teknologi Tepat Guna Nusantara. Dimana logo ini telah dikenalkan dirinya pada Oktober tahun 2022.

“Sejak awal digagas di berbagai belahan dunia pada awal abad ke-20, fokus utama appropriate technology pada kegunaannya, dalam Bahasa Indonesia bahkan lebih cocok menjadi frasa teknologi tepat. Ini disimbolkan oleh lebah, yang sudah teruji sangat bermanfaat. Bahkan kemanfaatan produknya dirasakan lingkungan sekitarnya, seperti bunga yang dibuahi, madu dan sarangnya bagi manusia yang sakit,” jelas Halim dalam keterangan tertulis, Selasa (6/6/2023).

Dia melanjutkan lebah juga menyimbolkan teknologi yang harus bisa bermanfaat, dan berguna bagi warga desa. Aspek ketepatan kegunaannya juga disimbolkan oleh perilaku lebah.

“Kini, kita kenal salah satu tarian paling spektakuler di dunia adalah tarian lebah, karena produk artistik itu tepat menunjukkan geospasial lokasi bunga secara presisi, secara tepat,” ujar Halim.

Halim menilai sarang lebah menyimbolkan ekosistem teknologi tepat guna, bukan lagi teknologi yang menyendiri, namun penting tata kelola kolaborasi antar pihak. Lewat ekosistem itu seekor lebah memberikan manfaat lebih besar bagi masyarakatnya.

“Pada tahun 1999, mantan presiden alm BJ Habibie mencipta ekosistem teknologi tepat guna di pedesaan dalam wujud Pos Pelayanan Teknologi (posyantek). Ini tempat inovator bertemu, dan berkreasi dalam bengkel,” kata Halim.

Menurut Halim, BJ Habibie juga menciptakan Gelar Teknologi Tepat Guna sebagai wahana pameran terbesar. Teknologi unggulan yang dipamerkan, yang diuji melalui lomba teknologi tepat guna pada tingkat kabupaten, lalu tingkat provinsi, dan terakhir pada tingkat nasional.

“Hasil-hasil teknologi tepat guna yang murah, mudah dibuat, hemat energi, dan masih membuka ruang padat karya, itu digambarkan sebagai ruang segienam yang terisi madu berwarna kuning,” jelas Halim Iskandar.

“Satu filosofi penting ialah selalu ada sarang yang putih, artinya belum terisi madu. Ini menyimbolkan teknologi tepat guna tidak akan mandek. Inovasi teknologi akan selalu bermunculan. Gelar TTG Nusantara berlangsung terus menerus,” imbuhnya.

Karena itu, Halim kemudian meluaskan ekosistem teknologi tepat guna sesuai tantangan kekinian. Untuk melindungi kekayaan intelektual teknologi dari desa, pihaknya pun membangun Bengkel HAKI.

Dalam Kegiatannya, Bengkel HAKI mendampingi inovator desa secara gratis untuk mendapatkan paten teknologi, paten merek, indikator geografis, sertifikasi atas temuan varietas baru, hingga lulus standar nasional Indonesia.

Halim menyampaikan setelah teknologi sudah memiliki paten, maka Posyantek perlu tersambung ke BUM Desa. Saat ini pihaknya memfasilitasi BUM Desa agar mendapatkan nomor badan hukum, kemudian nomor induk berusaha (NIB). Dengan demikian BUM Desa dapat menempatkan teknologi tepat guna di katalog elektronik pemerintah, e-commerce, atau jenis pemasaran produk lainnya.

Sebagai informasi, Kemendes melalui aturan Mendes PDTT Nomor 110/2022 telah menegaskan 7 Juni sebagai Hari Teknologi Tepat Guna Nusantara.

(Lukman)

Tinggalkan Balasan