Menkes : Banyak yang Ogah Jadi Menkeu RI

Menkes : Banyak yang Ogah Jadi Menkeu RI

Badung, LINews – Pandemi Covid-19 membuktikan bahwa masalah kesehatan berpotensi berkembang menjadi masalah ekonomi. Oleh karena itu, penguatan pendanaan kesehatan ke depannya menjadi hal penting.

Pernyataan ini disampaikan oleh Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam paparannya dalam Grand Final Finance and Health Hackathon 2022 di Bali, Minggu (13/11/2022).

Budi mengatakan pertumbuhan health cost per capita di banyak negara, kecuali India, telah meningkat drastis dalam 20 tahun terakhir.

BACA JUGA : Bandung Barat Krisis PNS, 46 Jabatan Kepsek Kosong

“Selama 20 tahun terakhir pertumbuhannya di atas GDP per capita, jadi artinya kalau kita punya istri, dia minta gajinya naik setiap tahun 10% padahal suaminya karena kerja pegawai negeri gajinya cuma naik 5%,” paparnya.

“Sudah pasti tidak sustain, sudah pasti BPJS seumur hidup tidak sustain kalau masalahnya gak diberesin,” tegas Budi.

Selain itu, dia melihat pembiayaannya akan sangat tinggi. Menurut hitungan Budi, Amerika Serikat (AS) akan memiliki kebutuhan pembiayaan paling besar. Jumlahnya bisa mencapai puluhan ribu dolar setahun.

“AS rata-rata outcomenya 80 tahun, Indonesia sekarang 72 tahun belanjanya US$ 112 per kapita per tahun,” katanya.

Negara paling efisien adalah Singapura, yakni US$ 2.826 per kapita per tahun dengan rata-rata usia 84 tahun. Bayangkan jika Indonesia populasinya menua seperti Singapura, kek usia 84 tahun. Budi menghitung Indonesia akan membutuhkan Rp10.000 triliun dana kesehatan.

BACA JUGA : Pegawai Bappelitbang Kota Bandung Pindah ke Eks Rumah Ketua DPRD

“BPJS-nya yang mesti ditanggung negara Rp 10.000 triliun,” katanya. Jika Indonesia seperti AS yang tidak efisien, maka kebutuhannya US$ 2.700 miliar dan angka ini setara Rp 39.000 triliun.

Jika hal ini dibiarkan, dia yakin tidak ada satupun orang yang mau menjadi menteri keuangan di Indonesia.

“Karena defisitnya akan gede banget kalau tidak diberesin dari sekarang,” ujarnya.

(Karlin)