Gorontalo, LINews – Oknum polisi berinisial Brigadir TA di Kabupaten Gorontalo diduga menganiaya remaja bernama Abdul Ajiz Potabuga (17) menggunakan popor senjata. Brigadir TA kini sedang menjalani pemeriksaan oleh Propam Polda Gorontalo.
“Sementara masih proses pendalaman oleh Propam Polda Gorontalo, kalau anggota salah akan diproses,” kata Kapolres Gorontalo AKBP Deddy Herman, Jum’at (2/2/2024).
Deddy mengatakan dari pemeriksaan awal, korban dan oknum polisi tersebut memberikan keterangan yang berbeda. Namun dia menyebut peristiwa itu dipicu aksi tawuran antara pelajar SMK saat bermain futsal.
“Untuk kronologis dua-duanya berbeda keterangan. Korban bilang begini dan keterangan anggota juga bilang begitu. Intinya awal kejadian karena ada tawuran, ribut-ribut waktu main futsal antar anak SMK,” bebernya.
Deddy mengungkapkan bahwa pelapor mengaku dipukul pakai popor senjata di wajah. Sementara terlapor mengaku tidak sengaja karena saat itu lagi proses pengaman dan pelapor hendak kabur.
“Menurut keterangan pelapor terkena yang mana dia dipukul pakai popor senjata. Tapi kalau dari terlapor dia tidak sengaja. Pada saat itu dia kan sementara mengamankan bawa senjata, senjata bergerak. Ini terlapor mau lari akhirnya terkena popor senjata, tidak sengaja,” jelasnya.
Meski demikian, Deddy menyampaikan permohonan maaf ke korban dan keluarganya. Dia juga berharap kejadian serupa tidak terulang.
“Dan saya selaku Kapolres Gorontalo kalau kejadian itu benar saya minta maaf atas nama anggota Polri dan atas nama Polres Gorontalo. Kemudian ini menjadi pelajaran dan tidak akan terulang lagi,” katanya.
Diberitakan sebelumnya, Abdul Ajiz Potabuga mengaku dianiaya oknum polisi berinisial TA hingga babak belur dan muntah darah. Peristiwa itu terjadi di Kelurahan Kayubulan, Kecamatan Limboto, Kabupaten Gorontalo pada Selasa (30/1).
“Saya muntah darah, memar (lebam) saya punya mata kiri bengkak,” kata Abdul Ajiz Potabuga saat dikonfirmasi, Kamis (1/2).
Abdul mengungkapkan kejadian tersebut berawal saat temannya dihubungi kakaknya yang mendapat masalah di depan kampus Universitas Gorontalo (UG). Namun saat sampai di lokasi, situasi sudah damai.
“Ini awalnya saya di rumah, teman saya ini menerima telepon dari kakaknya yang mengaku mendapat masalah di depan kampus Universitas Gorontalo. Saya ajak teman lain dan langsung ke sana, begitu kami tiba masalah sudah selesai dengan saling minta maaf,” katanya.
Saat dalam perjalanan pulang, Abdul dan teman-temanya dicegat oleh oknum polisi yang mengendarai mobil. Oknum polisi tersebut langsung menarik kerah baju Abdul.
“Saya dan teman dicegat dengan mobil oleh komandan itu. Begitu keluar dari mobil dia berteriak jangan lari, katanya kalau lari akan ditembak. Saya ini tidak tau apa-apa kaget sekali langsung dipegang di kerah baju (polisi). Saya takut saya tanya, ada apa ini komandan? Katanya jangan melawan. Saya bilang, komandan bukan saya yang berkelahi,” terangnya.
“Komandan itu sementara pegang senjata tiba-tiba pantat senjata (dipukulkan ke saya) kena mata kiri saya. Merasa sakit, saya langsung menangis. Dari kejadian itu saya pulang tiba di rumah saya muntah darah,” tambahnya.
(Hidi)