Jakarta, LINews – Alasan Presiden Prabowo Subianto mereshuffle kabinetnya diungkap oleh Analis Komunikasi Politik, Hendri Satrio.
Ia menyebut jika ada dua indikator yang mempengaruhi reshuffle tersebut. Menurutnya, indikator pertama, menteri yang kerap memicu kegaduhan publik.
Sementara yang kedua, menteri gagal menjalin hubungan baik dengan pemangku kepentingan.
“Jadi indikatornya sih ini saja. Bikin gaduh dan tidak bisa memanage stakeholder nya, ada tidak menteri yang masuk ke dua kategori ini” ujarnya, kepada wartawan, Selasa (27/5/2025).
Dia mencontohkan pergantian Satryo Brodjonegoro dari posisi Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi yang digantikan Brian Yuliarto.
Menurut dia Satryo diganti karena memenuhi dua kriteria tersebut.
“Yang pertama adalah Pak Prabowo itu enggak suka menteri yang gaduh. Waktu itu kan Mendikti bikin gaduh. Demo di mana-mana, kemudian ada isu bahwa bayaran kuliah UKT itu bakal naik gara-gara efisiensi. Terus yang kedua, tidak bisa memanage stakeholder nya. Waktu itu stakeholder nya Pak Menteri siapa? Ya itu karyawan di kementeriannya saja demo saat itu,” ucapnya.
Selain itu, dia mengungkapkan tiga alasan utama reshuffle kabinet, yakni faktor subjektif (suka atau tidak suka presiden terhadap menteri), faktor politis, dan kinerja buruk.
“Jadi yang pertama kan subjektif like and dislike. Tiba-tiba presiden jadi enggak suka sama ini orang nih. Ngeselin gitu orangnya, diganti dia. Terus kemudian yang kedua adalah subjektif politis,” ucapnya.
“Ini akan dilihat ini orang kalau dia ganti secara politis mengganggu bakal mengganggu dia atau tidak. Kekuatan politik dia berkurang atau tidak, ketiga ya kinerja buruk,” lanjutnya.
Soal kinerja buruk, Hendri menyebut ada tiga sumber evaluasi, yaitu penilaian presiden sendiri, lingkaran terdekat presiden, dan masyarakat.
“Yang pertama adalah sumber dari dirinya sendiri yang melakukan evaluasi. Kemudian yang kedua dari lingkarannya yang memang memberikan evaluasi. Yang ketiga adalah masyarakat yang memberikan evaluasi kepada menteri-menteri ini,” pungkasnya.
Sebelumnya Pengamat politik Rocky Gerung mendesak Presiden Prabowo Subianto untuk segera melakukan reshuffle kabinet guna menghadirkan energi baru dalam pemerintahan.
Seruan tersebut disampaikan dalam acara Sarasehan Aktivis Lintas Generasi Memperingati Reformasi 1998 di Hotel JS Luwansa, Jakarta Selatan, Rabu (21/5/2025).
Menurut Rocky, perombakan kabinet diperlukan untuk menyelaraskan arah pemerintahan dengan semangat sosialisme modern yang inklusif dan berpihak pada rakyat.
Ia menilai reshuffle kabinet akan membuka ruang kepemimpinan baru yang lebih progresif dan bersih.
“Karena itu harus ada reshuffle, lumpuhkan kabinet, isi dengan energi baru. Prinsip dasarnya,” tegas Rocky dalam forum tersebut.
Respons Istana
Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi menegaskan bahwa Presiden Prabowo Subianto rutin melakukan evaluasi kinerja para menterinya.
Evaluasi yang dilakukan mulai dari prestasi kerja hingga etika.
“Iya, secara rutin beliau melakukan monitoring, mengevaluasi kinerja seluruh pembantu-pembantu beliau di Kabinet Merah Putih,” kata Prasetyo di Komplek Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat, (23/5/2025).
Dari evaluasi yang dilakukan kata Prasetyo ada beberapa yang mendapatkan catatan positif terutama dalam sektor pangan dan energi.
“Kemarin Alhamdulillah untuk pertama kalinya kita ada bisa menaikkan lifting minyak kita, yang kemarin Diresmikan oleh Bapak Presiden di Terubuk yang itu hasil karya anak bangsa. Memang jangan dilihat besarannya, tapi itu sangat signifikan, penambahan 20 ribu barrel satu hari,” katanya.
Namun, Presiden juga memberikan catatan negatif kepada sejumlah Menteri dalam hal menyampaikan komunikasi publik.
Meskipun demikian, Prasetyo tidak menyebutkan Kementerian mana yang mendapatkan catatan dari Presiden tersebut.
(Bay)