Program MBG Jadi Berkah bagi Pengrajin Tahu & Tempe

Program MBG Jadi Berkah bagi Pengrajin Tahu & Tempe

Jakarta, LINews – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) menjadi berkah bagi pengrajin tahu dan tempe di Indonesia. Hal itu membuka peluang mereka menjadi pemasok bahan baku bagi banyak Satuan Pemenuhan Pelayanan Gizi (SPPG) atau dapur-dapur MBG.

Hal tersebut disampaikan Menteri Koperasi Budi Arie Setiadi di sela-sela kunjungan kerjanya di Rumah Tempe Indonesia di Kota Bogor, hari ini.

“Tempe adalah superfood asli Indonesia. Kita dukung pengrajin tempe dapat terlibat dalam Program MBG. Kita pastikan pasokan bahan baku kedelai bagi para pengrajin, agar suplai tempe untuk MBG juga bisa terjamin,” katanya Budi Arie dalam keterangan tertulis, Rabu (15/1/2025).

Dia menyebutkan konsumsi tempe di Indonesia saat ini sebesar 7,3 kg perkapita pertahun. Sedangkan peredaran uang dari bisnis UMKM ini mencapai Rp 7,5 triliun per tahun.

“Ada 600 ribu pengrajin yang dihidupkan melalui bisnis pengolahan tempe ini. Bayangkan bila tempe menjadi menu MBG, pasti produksi akan meningkat dan kesejahteraan para pengrajin juga meningkat,” ungkapnya.

Sejak dimulai 6 Januari 2025, hingga pekan ini, Program MBG sudah menjangkau 31 provinsi dan 220 Dapur MBG. Melalui program tersebut tahu atau tempe sebagai protein nabati, banyak digunakan dalam menu yang disajikan. Pengelola Dapur MBG sementara ini membeli bahan baku tahu dan tempe langsung dari pasar.

Menurutnya, jika ingin menjadi pemasok MBG, para pengrajin tempe harus menjaga mutu produknya, terutama kualitas kandungan gizi dan higienitas atau kebersihan sesuai panduan Badan Gizi Nasional dan rujukan Kementerian Kesehatan dan Badan Pangan Nasional. Dia mengapresiasi proses produksi di Rumah Tempe Indonesia yang sudah menerapkan standar pengolahan secara modern.

Peralatan yang digunakan dalam proses pengolahan sudah modern dan terbuat dari bahan stainless steel yang memenuhi standar untuk produksi makanan. Rumah Tempe Indonesia, yang dikelola oleh Gabungan Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Gakoptindo) diharapkan dapat menjadi standar pengolahan bagi pengrajin lain.

“Saya minta para pengrajin di daerah dapat menirunya, sehingga terjaga higienitas produk tempe untuk MBG ini,” tuturnya.

Terkait kebutuhan suplai bahan baku makanan bagi ratusan dapur MBG atau Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang tersebar di seluruh pelosok Tanah Air, Kementerian Koperasi berencana membangun sejumlah hub untuk memudahkan pasokan. Setiap daerah pasti mempunyai ciri khas hasil produksinya sendiri.

Sementara itu, kebutuhan pasokan bagi MBG cukup beragam dan lengkap. Dengan adanya hub atau titik koneksi bagi pasokan bahan baku ini, kebutuhan Dapur MBG terpenuhi.

“MBG ini program unggulan pemerintah, kita sangat mendukung perwujudan Indonesia Emas 2025. Kita harus pastikan pasokan bahan bakunya (tersedia). Secara keseluruhan, saat ini ada 1.232 koperasi beragam unit usaha yang sudah terdaftar di BGN untuk mendukung Program MBG, semuanya siap bergerak,” ungkapnya.

(Abi)

Tinggalkan Balasan