PT. DUNIATEX di Kabupaten Semarang Diduga Yidak Memberikan BPJS ketenagakerjaan Bagi Karyawan

PT. DUNIATEX di Kabupaten Semarang Diduga Yidak Memberikan BPJS ketenagakerjaan Bagi Karyawan

Semarang, LINews – Diduga PT DUNIATEX yang terletak di Kabupaten Semarang karyawannya tidak memiliki BPJS ketenagakerjaan. Muhammad Taufik salah satu karyawan yang tidak memiliki BPJS Ketenagakerjaan maupun BPJS kesehatan, Selasa (30/5/2023).

Muhammad Taufik adalah buruh pabrik tekstil di Ungaran asal Desa Pulokulon Kecamatan Pulokulon.

Kabupaten Grobogan harus menanggung seluruh biaya rumah sakit selama dirawat di Rumah Sakit Gondo Suwarno Ungaran, Kabupaten Semarang.

Muhammad Taufiq (20), didiagnosis menderita Efusi Pleura atau di dalam paru-paru ada cairannya dan deoxygenated blood atau darah kotor. Hingga akhirnya ia meninggal dunia Jumat (26/5/2023).

Dari pihak keluarga (MT)harus membayar tanggungan rumah sakit sebesar Rp 17.747.000 ungkap Nabila Oktaviani, salah seorang teman kerja korban.

Ia menjelaskan, gejala awalnya sering merasakan sesak nafas dan sering merasakan capek dan pegal di badan. Akhirnya pada tanggal 22 Mei 2023 merasakan sesak nafas yang luar biasa hingga membuat dia tak sadarkan diri dan dilarikan ke Rumah Sakit Gondo Suwarno dan di rujuk ke ruang ICU. Setelah itu, Taufiq diagnosa di dalam paru-paru ada cairan yang membuatnya susah bernafas dan darahnya yang penuh dengan CO2 atau darah kotor.

“Sempat dilakukan operasi untuk mengeluarkan cairan yang ada di paru parunya dan harus melakukan cuci darah,” katanya.

Nabila  menjelaskan, Muhammad Taufiq hidup di keluarga yang kurang mampu. Ibunya seorang ibu rumah tangga yang hanya bisa mengandalkan uang dari gaji Taufiq itu sendiri. Ayahnya sudah lama meninggal sejak Taufiq masih duduk  di bangku SMP.

“Taufiq adalah seorang anak yang cukup semangat dalam bekerja dan sangat sayang dengan ibunya,” katanya.

Ia menambahkan, besarnya biaya yang harus ditanggung, membuat keluarga harus putar otak hutang ke beberapa tetangga.

“Biayanya cukup besar. Ibunya harus hutang ke sana-sini. Sedangkan dari pabrik hanya mendapat santunan tak seberapa. Keluarga berharap pihak pabrik membantu penuh pengobatannya,” katanya.

Dari pihak keluarga sangat menyayangkan dengan kejadian ini. Seharusnya karyawan memiliki BPJS ketenagakerjaan agar apa bila ada karyawan yang sakit bisa berobat dengan cepat tidak harus mencari biaya kesana kemari.

Untuk berobat adek saya, kami sekeluarga harus utang sana sini karena keadaan keluarga yang kurang mampu. Dan saya sangat menyayangkan disaat Ade saya(MT) dirumah sakit tidak satupun dari perusahaan yang simpati menjenguk adek saya.

Hanya teman dekat adek saya yang datang memberi semangat. Setelah adek saya meninggal ada dari perusahaan datang kerumah memberi santunan sebesar 18.000.000;00 dan dari keluarga dimintai tanda tangan pernyataan kami menolak.

Karena istri saya juga kerja dipabrik dan mendapatkan BPJS ketenagakerjaan “la ini ..(MT) juga bekerja dipabrik tekstil dikabupaten Semarang tanpa diberi BPJS ketenagakerjaan.

Teman temannya pun juga bilang tidak punya BPJS ketenagakerjaan katanya yang dapat hanya orang tertentu” tegas Purgianto.

Sebut saja (BL) saat ditemui awak media juga belum memiliki BPJS ketenagakerjaan padahal BL sudah bekerja selama 5Tahun.

“Dulu sudah mengajukan tapi tidak juga keluar”.

Hampir semua karyawan di PT DUNIATEX yang belum punya BPJS ketenagakerjaan. Kebanyakan yang punya orang staf,mandor juga orang dekat dengan orang kantor/staf saja.

“Saya sudah bekerja di PT DUNIATEX sudh 11/2 Tahun dan gaji saya sudah dipotong Rp 144.000 perbulan untuk BPJS ketenagakerjaan tapi saya belum pegang kartu BPJSnya.

“Saya juga merasa dirugikan dengan potongan perbulan untuk BPJS namun saya gak pegang kartu BPJS ketenagakerjaan” (katanya).

Lain lagi dengan (TR) sudah bekerja selama 5Tahun sudah dipotong gajinya Rp 144.000 untuk BPJS juga tidak pegang kartunya cuma diberi selembaran kopian.

“Saat saya tanyakan juga tidak ada tanggapan, Dan misalnya saya sakit selembaran itu bisa digunakan atau tidak saya juga bingung. Terus terang saya bingung dengan peraturan di perusahaan” Terang TR.

“Saya sudah bekerja sesuai prosedur perusahaan tapi jaminan kesehatan kami yang seharusnya sudah kami dapatkan tapi belum juga saya dapatkan. Kesejahteraan karyawan tidak apa juga APD ( Alat Pelindung Kerja) yang sangat minim” tegas (AAM).

Menurut saya APD juga penting,tapi perusahaan minim penyediaan APD bahkan saya beli masker sendiri tiap kerja.

Keselamatan dan kesehatan karyawan penting menurut saya tapi semua hanya isapan jempol. Karyawan juga merasa terintimidasi dengan larangan yang dipasang di pintu gerbang masuk.

Disisi lain saya butuh pekerjaan tapi jauh dari kesejahteraan dan disisi lain saya takut dikeluarkan dari pekerjaan.

“Di perushaan saya tidak ada Serikat buruh yang bisa melindungi semua karyawan yang yang notabennya meronta dengan aturan perusahaan yang sangat merugikan karyawan” Tandas (AY).

Kalau saya belum ada setahun bekerja di PT DUNIATEX memang APD terlalu minim bahkan karyawan harus beli sendiri demi keamanan dan kenyamanan dalam bekerja.

Saya berharap ada perubahan dengan adanya teman saya yang meninggal kemarin akibat sakit dipernapasan karena sering bergelut dengan bau menyengat kimia.

Sangat disayangkan perusahaan tekstil yang seharusnya menyejahterakan karyawannya yang bekerja malah isinya keluh kesah karyawannya yang menyedihkan saat dikonfirmasi awak media.

(Tim)

Tinggalkan Balasan