Garut, LINews — Di balik perbukitan sunyi Desa Ciudian, Kecamatan Singajaya, lahirlah semangat muda yang kini menggema hingga tingkat Jawa Barat. Dialah Maelani Fitria Solehah, siswi kelas 2 SMA sekaligus santri dari pesantren Kudang Limbangan, yang dipercaya mewakili Kabupaten Garut dalam Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) cabang Fahmil Qur’an tingkat Provinsi Jawa Barat, yang berlangsung di Kompleks Sabilulungan, Soreang, pada 16–22 Juni 2025.
Maelani bukan sekadar remaja biasa. Di balik penampilannya yang sederhana, tersembunyi ketekunan, kecerdasan, dan kecintaan mendalam terhadap Al-Qur’an. Dalam cabang Fahmil Qur’an—yang menguji pemahaman, kecepatan, dan kedalaman ilmu tentang isi kandungan Al-Qur’an—Maelani tampil dengan penuh percaya diri dan penguasaan materi yang luar biasa.
Sosok istimewa ini adalah putri dari Agus Sualeman, Kepala Desa Ciudian. Dalam balutan rasa syukur dan haru, sang ayah menyampaikan kebanggaannya:
“Maelani bukan hanya anak saya, tapi cahaya bagi desa kami. Saat ia berdiri membawa nama Garut di MTQ cabang Fahmil Qur’an, saya melihat harapan dan doa-doa warga kami ikut bersamanya. Saya sangat bersyukur.”
Agus Sualeman juga menyampaikan apresiasi tulus kepada pemerintah daerah atas dukungan yang diberikan.
“Saya ucapkan terima kasih yang mendalam kepada Bapak Bupati dan Wakil Bupati Garut. Tanpa dukungan moral dan semangat dari beliau, mungkin langkah anak kami tak akan sejauh ini. Ini menjadi penguat bagi kami untuk terus mendorong generasi muda desa agar tidak takut bermimpi.”
Keikutsertaan Maelani menjadi semacam puisi diam dari sebuah desa kecil yang tetap hidup dalam nilai, iman, dan harapan. Warga Ciudian pun menyambut pencapaian ini dengan bangga dan doa yang tak putus, meyakini bahwa kecerdasan dan semangat Maelani adalah cerminan dari jiwa desa—yang terus tumbuh bersama Al-Qur’an.
MTQ kali ini bukan hanya ajang lomba, tapi ruang spiritual dan intelektual di mana suara dan pikiran anak desa seperti Maelani mengingatkan kita, bahwa kemuliaan tidak selalu lahir dari kota besar, tapi dari hati yang bersih dan tekad yang kuat.
“Jika ilmu bisa menjadi doa, maka biarlah kecerdasan Maelani menjadi lantunan harapan kami semua,” ucap seorang warga tua di Ciudian, menatap langit dengan mata berbinar.
(Ys)