Seberapa Luas Ceruk dan Pemilih Pemula di Pemilu 2024

Seberapa Luas Ceruk dan Pemilih Pemula di Pemilu 2024

Jakarta, LINews — Pemilih pemula cukup menyedot animo publik belakangan menjelang Pemilu 2024. Kategori pemilih ini didominasi mereka yang masih duduk di bangku sekolah menengah atas (SMA) dan perguruan tinggi.

Selain suara mereka yang cukup besar, pemilih pemula adalah generasi yang baru pertama kali memiliki hak pilih dan bakal menjajal langsung prosesi Pemilu, sehingga mereka diharapkan mampu diberi pemahaman dan arahan yang baik tentang demokrasi.

Komisioner KPU RI Idham Holik menjelaskan pemilih pemula adalah WNI yang sudah berusia tepat 17 tahun atau di bawah 17 tahun namun sudah menikah pada saat gelaran kontestasi politik lima tahunan.

“Pemilih pemula atau first-time voters adalah pemilih yang pada pemilu sebelumnya, dalam hal ini maksudnya Pemilu Serentak 2019 lalu, belum bisa menggunakan hak pilihnya, dikarenakan belum terkategori sebagai pemilu,” kata Idham saat dihubungi LINews, Rabu (2/8).

Idham menjelaskan selain syarat usia dan status tersebut, pasal 4 PKPU Nomor 7 Tahun 2022 telah menetapkan syarat wajib menjadi peserta pemilu, baik pada pemilih pemula maupun secara keseluruhan.

Di antaranya, genap berusia 17 tahun atau lebih pada hari pemungutan suara, sudah kawin, atau sudah pernah kawin. Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

Kemudian berdomisili di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dibuktikan dengan KTP-el (e-KTP). Berdomisili di luar negeri yang dibuktikan dengan KTP-el (e-KTP), Paspor dan/atau Surat Perjalanan Laksana Paspor.

Lalu bagi Pemilih belum mempunyai KTP-el (e-KTP) dapat menggunakan Kartu Keluarga (KK). Serta tidak sedang menjadi prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI) atau anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri).

“WNI dapat terdaftar sebagai pemilih, harus memenuhi syarat,” ujarnya.

Punya Pengaruh Penting

Direktur Eksekutif Perkumpulan Pemilu untuk Demokrasi (Perludem) Khoirunnisa Nur Agustyanti mengatakan pemilih pemula adalah mereka yang belum pernah menjadi peserta pemilu dan baru ditetapkan sah sebagai peserta pada pemilu terdekat.

“Ada juga yang mengategorikan seperti pensiunan TNI/Polri. Kan sebelumnya mereka tidak punya hak pilih ya. Nah, mereka bisa juga masuk sebagai pemilih pemula atau pertama kali di 2024 nanti,” kata Khoirunnisa, Rabu (2/8).

Khoirunnisa menilai pemilih pemula dan suara anak muda memiliki pengaruh penting dalam kontestasi politik 2024. Pasalnya, KPU juga telah merinci jumlah DPT berdasarkan usia pada 2024.

Khoirunnisa mengatakan apabila digabung, pemilih usia 17 hingga 30 tahun sebanyak 63.953.031 orang atau 31,23 persen dan pemilih usia 31 hingga 40 tahun sebanyak 42.398.719 orang atau 20,70 persen. Maka suara mereka sudah hampir 52 persen.

Lalu usia di bawah 17 tahun karena sudah menikah 0,003 persen atau 6.697 pemilih. Sementara pemilih dengan usia 40 tahun ke atas berjumlah 98.448.775 orang atau 48,07 persen.

“Jadi siapapun yang mau menang, atau kalau mau memilih pemimpin yang membawa perubahan yang baru, ya mereka harus bisa meraih suara teman-teman muda karena signifikan,” kata dia.

Berapa banyak pemilih pemula?

Apabila berhitung melalui usia atau tahun kelahiran, maka pemilih pemula adalah WNI dengan tahun kelahiran 2003-2007. Usia ini masuk pada Gen Z alias mereka yang lahir selama rentang 1997-2012.

Sehingga, apabila DPT Gen Z sebanyak sekitar 63 juta orang, maka secara kasarannya para pemilih pemula ini mendekati sepertiga atau setengah dari jumlah tersebut. Ditambah 6.697 pemilih usia di bawah tahun namun sudah menikah.

Dalam kesempatan itu, Khoirunnisa pun memprediksi pemilih pemula ini akan memiliki antusiasme cukup tinggi kendati keputusan pilihan belum mantap, sehingga sangat besar kemungkinan pemilih pemula merupakan swing voters.

Sebab pilihan politik mereka belum diintervensi oleh motivasi ideologis tertentu dan cenderung lebih didorong oleh konteks dinamika isu di sekitar dan politik lokal.

Selain pemilih pemula mudah dipengaruhi oleh orang terdekat seperti anggota keluarga dan juga sosial media, namun Nisa menyebut belakangan mereka juga rasional dalam memilih, meskipun isu-isu yang dibahas tak semuanya sudah muncul ke permukaan.

“Pemilih muda dan teman-teman muda sebetulnya yang ditunggu gagasan atau isu. Mereka bukan apatis kok, mereka concern sama isu anti korupsi misalnya, isu lingkungan, atau yang lainnya,” jelasnya.

Oleh sebab itu, Khoirunnisa mendorong agar penyelenggara Pemilu dalam hal ini KPU serta pemerintah mampu menciptakan iklim yang menyenangkan dan transparan dalam menyambut Pemilu 2024.

Ia berharap agar pemerintah aktif melakukan sosialisasi kepada para pemilih pemula sehingga nantinya mereka mampu menjadi pemilih yang cerdas dan tidak memilih golput.

“Yang perlu didorong adalah bagaimana mereka mendapatkan informasi komprehensif terkait Pemilu ini. Karena untuk bisa meningkatkan partisipasi perlu ada transparansi, jadi harus setransparan mungkin informasi yang dibuka,” ujar Khoirunnisa.

(Bayu)

Tinggalkan Balasan