Susno Duadji, Jenderal Kontroversial yang Memilih jadi Petani

Susno Duadji, Jenderal Kontroversial yang Memilih jadi Petani

Jakarta, LINews – Susno Duadji kembali mencuat setelah memposting aktivitas terbarunya lewat media sosial Facebook sebagai petani.

Susno Duadji merupakan mantan Kapala Badan Reserse Kriminal Polri (Kabareskrim Polri). Namanya menjadi sorotan karena kerap muncul layar kaca sepanjang tahun 2009-2010 akibat menangani kasus-kasus besar. Kasus yang pernah ditanganinya antara lain korupsi pengamanan Pilgub Jabar, bailout Bank Century, kasus pembunuhan yang melibatkan Antasari Azhar sebagai terdakwa dalam pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen, hingga mafia pajak Gayus Tambunan.

Namanya semakin dikenal masyarakat karena mengeluarkan pernyaaan kontroversial. Dia mencetuskan istilah “Cicak dengan Buaya” untuk menggambarkan persaingan KPK dengan Polri.

Setelah pensiun, Susno menetap di kampung halamannya di Sumatera Selatan. Dari jenderal polisi yang disegani, Susno beralih mengisi hari tuanya menjadi seorang petani. Sawah, ladang cabai, tembakau hingga aneka buah-buahan ditanamnya.

Susno kerap menyiarkan langsung aktivitasnya bertani di Facebook. Terbaru, Susno pamer buah durian di kebun miliknya.

“Saya berada di desa Ujan Mas di Pagaralam. Mengapa saya disini, kita bertani berbagai buah-buahan salah satunya durian Babor, di sana ada juga durian Ochee, ada juga durian Musang King, buahnya lebat,” kata Susno.

Karir Susno Duadji

Susno merupakan pria kelahiran Pagar Alam, Sumatera Selatan pada 1 Juli 1954. Dia memulai karirnya di dunia kepolisian sebagai perwira polisi lalu lintas. Kemudian, karirnya naik setelah menjabat sebagai Wakapolres Yogyakarta (1990), Kapolres di Maluku Utara (1995), Kapolres Madiun (1997) dan Kapolresta Malang (1998).

Susno kemudian ditarik ke Ibu Kota dan menjadi Kepala Bidang Penerapan Hukum Divisi Pembinaan Hukum di Mabes Polri (2001). Dia pun dipercaya mewakili institusi Polri membentuk KPK pada tahun 2003 dengan pangkat komisaris besar (kombes).

Pada tahun 2004 ditugaskan di Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) hingga menjabat Wakil Ketua PPATK dan pangkatnya menjadi Inspektur Jenderal (Irjen).

Tiga tahun bertugas, Susno kemudian sebagai Kapolda Jawa Barat.

Selanjutnya pada 24 Oktober 2008, nama Susno mulai mencuat karena menduduki posisi strategis sebagai Kabareskrim Mabes Polri menggantikan Bambang Hendarso.

Susno tersangkut dalam kasus korupsi penanganan perkara PT Salmah Arowana Lestari dan dana pengamanan Pilkada Jawa Barat 2008.

Susno terbukti menyalahgunakan kewenangannya saat menjabat Kabareskrim Mabes Polri untuk melakukan tindak pidana korupsi dalam kasus Arowana dengan menerima hadiah sebesar Rp500 juta untuk mempercepat penyidikan kasus tersebut. Dia kemudian divonis Pengadilan Negeri Jakarta Selatan tiga tahun enam bulan.

Mantan jenderal bintang 3 ini kemudian dijebloskan ke penjara pada April 2013. Susno secara resmi bebas dari Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Cibinong, Jawa Barat, pada awal 2015.

Setelah bebas, Susno menetap di kampung halamannya dan menjadi petani.

Pendidikan

Akabri Kepolisian (1977), PTIK (Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian), Sespati Polri.

Susno Duadji pernah mengenyam pendidikan di Akabri Kepolisian dan studi lainnya, seperti PTIK, S-1 Hukum, S-2 Manajemen, dan Sespati Polri.

Ia juga mengikuti beragam pelatihan yang berkaitan dengan instituisinya. Mulai dari Senior Investigator of Crime Course (1988), Hostage Negotiation Course di Universitas Louisiana AS (2000), Studi Perbandingan Sistem Kriminal di Kuala Lumpur, Malaysia (2001), Studi Perbandingan Sistem Polisi di Seoul, Korea Selatan (2003), hingga Training Anti Money Laundering Counterpart di Washington DC, AS.

Setelah lulus dari Akademi Kepolisian di tahun 1977, Susno menghabiskan sebagian karirnya sebagai perwira polisi lalu lintas. Selama itu, ia disebut sudah mengunjungi 90 negara untuk belajar membongkar kasus korupsi.

Karier Susno Duadji

Sudah disinggung sebelumnya bahwa Susno Duadji adalah mantan Kepala Badan Reserse Kriminal (Kabareskrim) Polri dengan masa jabatan mulai 24 Oktober 2008 – 24 November 2009.

Sebelumnya, ia pernah menjabat sebagai Wakil Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) yang kemudian terpilih menjadi Kapolda Jawa Barat.

Kariernya mulai meroket saat Susno Duadji dipercaya menjabat posisi Wakapolres Yogyakarta dan berturut-turut setelahnya Kapolres di Maluku Utara, Madiun, dan Malang.

Susno Duadji kemudian mulai ditarik ke Jakarta, ketika ditugaskan menjadi kepala pelaksana hukum di Mabes Polri dan mewakili institusinya membentuk KPK pada tahun 2003.

Kini, Susno Duadji memilih menjadi petani di Pagar Alam dan menjadi ketua Tim Kamus Bahase Kite di daerah Lahat dan Besemah.

(Jhon)