Garut, LINews – Di hadapan latar merah-putih yang berkibar gagah, Yayan Suryana berdiri tegak. Seragam putih lengkap dengan topi dinasnya memantulkan wibawa, sementara deretan tanda jasa di dadanya bercerita tanpa kata—tentang perjalanan panjang, kerja keras, dan pengabdian tanpa henti. Tangan kanannya mengepal mantap, seperti menyematkan pesan: “Selama napas ini ada, rakyat adalah prioritas.”
Tatapannya tegas, tapi di balik sorot mata itu tersimpan ketulusan seorang pemimpin desa yang mengerti denyut nadi warganya. Sebagai Kepala Desa Jagabaya, Kecamatan Mekarmukti, Kabupaten Garut, Yayan bukan tipe pemimpin yang hanya duduk di kursi empuk. Ia turun langsung ke jalan becek, menjejak tanah yang sama dengan rakyatnya, memantau pembangunan, memastikan setiap rupiah anggaran menyentuh sasaran, dan mendengar keluh kesah tanpa jarak.
Di masa kepemimpinannya, Desa Jagabaya mencatat langkah-langkah nyata: pengaspalan jalan desa di Kampung Sodongkamal yang kini memudahkan anak-anak berangkat sekolah tanpa harus bersepatu penuh lumpur, serta penyaluran bantuan pangan bagi 312 keluarga penerima manfaat pada Juli 2025—bukti nyata bahwa keberpihakan bukan hanya janji.
Namun bagi Yayan, membangun desa tak berhenti di beton dan aspal. Ia percaya kemajuan sejati lahir dari hati yang saling terhubung. Kehadirannya di acara keagamaan seperti Maulid Nabi, bukan sekadar formalitas, tapi upaya menumbuhkan ruh kebersamaan dan keimanan warga.
Potret dirinya dalam foto ini adalah lukisan kepemimpinan yang utuh—diwarnai ketegasan, disapu cahaya pengabdian, dan dibingkai oleh rasa cinta pada tanah kelahirannya. Setiap tanda jasa adalah ukiran perjalanan, setiap kepalan tangan adalah sumpah untuk tak menyerah.
Dari Yayan Suryana, kita belajar bahwa kekuatan seorang pemimpin tidak hanya di pundak yang memikul amanah, tetapi di hati yang tetap setia berdetak untuk rakyat, bahkan ketika sorak-sorai sudah reda dan panggung telah sepi.
(YS)