Jakarta, LINews – Pembangunan jalan tol Getaci (Gedebage-Tasiklamaya-Cilacap) masih bakal terus berlanjut di era Presiden Prabowo. Namun setelah mengalami beberapa kali gagal lelang sebelumnya, pemerintah bakal mengubah strategi dengan memecah lelang serta pembangunannya menjadi beberapa tahap.
“Betul (dipecah fase), itu yang makanya sekarang kita kaji karena tadinya memang sampai Ciamis, ada wacana kita pendekkan sedikit sampai Tasik, bertahap. Bukan dipendekkan jadi kita kerjakan dulu sampai Tasikmalaya nanti beberapa tahun kemudian baru kita lanjutkan lagi,” ungkap Direktur Jenderal Pembiayaan Infrastruktur Kementerian Pekerjaan Umum Triono Junoasmono di Gedung DPR, Selasa (29/10/2024).
Karenanya status tol terpanjang di RI dari Tol Getaci sepanjang 206,65 kilometer yang sebelumnya dilelang kini bakal dipecah. Pemerintah tengah menyiapkan kajian baru untuk tol ini.
“Lagi kita finalkan kajiannya. Mudah-mudahan tahun ini bisa selesai dan tahun depan bisa lelang,” kata Triono.
Karenanya perlu waktu yang cukup panjang untuk memastikan tol ini bisa mulai memasuki konstruksi. Ia tidak yakin pembangunan fisik bakal berlangsung di tahun depan.
“Fisiknya kemungkinan baru 2026. Fisiknya lah ya, karena kan itu prosesnya, begitu kita lelangkan, harus penyiapan detail desainnya, lalu pembelasan lahan, baru fisiknya,” ujar Triono.
Lebih lanjut, ada alasan mengapa beberapa kali tol ini gagal memasuki tahap lelang, bahkan ditinggalkan oleh para investor.
“Ya karena tidak boleh ada conflict of interest dari yang sebelumnya. Jadi sekarang harus betul-betul tidak boleh beraliansi sama yang sebelumnya,” sebut Triono.
Sebelumnya konsorsium yang berisikan perusahaan BUMN dan swasta bakal membangun tol ini. Bahkan ada nama-nama perusahaan di balik Konglomerat Martua Sitorus hingga taipan tol Yusuf Hamka. Namun, beberapa memilih hengkang.
PT Jasa Marga (Persero) Tbk menjadi pemimpin konsorsium pembangunan tol ini, dengan porsi 32,5%, sedangkan PT Waskita Karya (Persero) Tbk memiliki porsi 20%, PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk 10%. Sisanya PT Gama Grup 13,38%, PT Jasa Sarana 0,75%, PT Wijaya Karya (Persero) 10%.
(Roy)