Jakarta, LINews – Presiden Joko Widodo (Jokowi) memanggil sejumlah menteri Kabinet Indonesia Maju dan kepala lembaga untuk membahas potensi skema investasi family office di Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (1/7/2024). Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno berharap Indonesia mendapatkan investasi 5% atau 500 miliar dolar AS dari dana pengelolaan family office.
“Kalau kita lihat kemarin yang dipresentasikan, total family office ini mencapai US$ 11,7 triliun dana yang dikelola. Jadi kalau Indonesia bisa menarik 5% saja. Ini sudah bicara angka US$ 500 miliar. Ini cukup besar dalam lima tahun ke depan,” kata Sandiaga di Istana Kepresidenan Jakarta.
Sandi mengatakan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Panjaitan akan membentuk tim untuk mengkaji dari segi regulasi dan kesiapan Indonesia untuk mendapatkan pemasukan dari dana yang dikelola oleh perusahaan keluarga atau family office.
“Pada intinya kami akan mengkaji. Family office ini adalah sebuah klaster keuangan yang memberikan kemudahan pelayanan bagi keluarga-keluarga besar untuk menanamkan dananya di Indonesia. Tadi dipikirkan mulai dari segi potensi, regulasi, dan akan dibentuk tim khusus untuk mengkaji ini,” kata Sandi.
“Ini kan peluang, nanti akan dikaji lintas sektor dan ini merupakan peluang tambahan. Ini merupakan dana tambahan, bukan keharusan,” tambah Sandi.
Sandi menjelaskan, selama ini banyak family office dalam negeri yang menempatkan investasi di luar Indonesia.
“Jadi kalau kita sebut low hanging fruites quick win, ini adalah perusahaan-perusahaan yang dimiliki keluarga Indonesia untuk mengelola investasinya, bukan di luar Indonesia, tetapi di Indonesia,” ungkap Sandi.
Rencananya, pemerintah akan menyesuaikan regulasi untuk menggaet investasi dari pengelolaan dana berbasis keluarga ini.
“Hanya penyesuaian regulasi karena kita sudah memiliki daya tarik Indonesia sekarang bukan hanya di financial access, tetapi di aset-aset lain, aset enggak langsung, maupun juga kegiatan green investment di green economy dan filantropi,” jelas Sandi.
Harapannya, Indonesia dapat menawarkan daya tarik seperti Singapura, Dubai, dan Hong Kong. “Tadi di-review masalah regulasinya, IKN sudah memiliki itu, tetapi yang banyak mendapatkan permintaan dari komunitas family office dunia ini justru Bali. Nanti bagaimana kita menyikapinya akan dilakukan melalui kajian dalam satu bulan ke depan,” ungkap Sandi.
(Bayu)